Rabu 18 Jan 2017 07:17 WIB

Kurs Dolar AS Anjlok Setelah Pidato PM Inggris Soal Brexit

Red: Nur Aini
 Pekerja sedang menghitung mata uang dolar di money change. ilustrasi
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pekerja sedang menghitung mata uang dolar di money change. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS jatuh terhadap mata uang utama lainnya pada Selasa (17/1), karena para investor mempertimbangkan isi pidato Perdana Menteri Inggris Theresa May tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau "Brexit".

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,83 persen menjadi 100,34 pada akhir perdagangan Selasa. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0707 dolar AS dari 1,0640 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2395 dolar AS dari 1,2189 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia menguat ke 0,7562 dolar AS dari 0,7496 dolar AS.

Kurs dolar AS terhadap yen turun menjadi 112,66 yen Jepang per dolar AS, lebih rendah dari 114,46 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS jatuh ke 1,0025 franc Swiss dari 1,0088 franc Swiss, dan bergerak turun menjadi 1,3053 dolar Kanada dari 1,3131 dolar Kanada.

Inggris akan meninggalkan pasar tunggal Eropa, membatasi akses dengan warga negara Uni Eropa dan mengakhiri yurisdiksi Inggris dari Pengadilan Eropa (ECJ). May mengatakan dia ingin Inggris tetap sebagai "sahabat dan tetangga" bagi Eropa, tetapi juga menjangkau ke seluruh dunia sebagai negara perdagangan global, hingga ke negara-negara seperti Cina, Brasil, dan negara-negara Teluk. Namun demikian, dia menambahkan pemerintah Inggris Raya akan membawa kesepakatan Brexit yang disetujui bersama Uni Eropa ke pemungutan suara di parlemen.

Para analis mengatakan bahwa pidato May diperkirakan menjadi bencana, tapi ia dinilai telah berhasil mengelola harapan dan menyampaikan pidatonya dengan sangat baik. Pound Inggris naik lebih dari dua persen setelah pidato May karena dinilai sedikit menenangkan kecemasan para investor.

Sementara itu, dolar AS juga di bawah tekanan dari komentar Donald Trump, yang mengatakan dalam sebuah wawancara pada Jumat (13/1) dengan The Wall Street Journal bahwa mata uang AS telah "terlalu kuat."

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement