Senin 09 Jan 2017 21:41 WIB

Pemprov Uji Coba Daging Sapi Khas Bali

Red: Ilham
Sapi Bali, tak kalah dengan sapi impor.
Foto: iral-pena.blogspot.com
Sapi Bali, tak kalah dengan sapi impor.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian melakukan uji coba untuk menghasilkan daging sapi Bali yang lebih lembut. Selain itu, mereka ingin memenuhi cita rasa kebutuhan restoran dan perusahaan pengolahan daging.

"Selama ini daging sapi Bali selalu dibilang kualitasnya kurang bagus. Ternyata kalau ini diperlakukan dengan baik, daging sapi Bali tidak kalah dengan daging luar negeri. Ini sedang kita upayakan sekarang bersama Pak Dirjen," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Putu Sumantra di Denpasar, Senin (9/1).

Menurut dia, jika dibandingkan dengan daging sapi wagyu yang terkenal dari Jepang, sesungguhnya dari segi aroma lebih bagus daging sapi Bali. Namun, berbeda dari sisi kelembutan dan harganya jauh lebih tinggi.

"Ini masih terus kita coba sampai temukan daging yang memadai dan bisa kita promosikan sebagai daging khas Bali. Memang harus ada orang yang mau promosikan ini dan sekarang kami berusaha ajak beberapa restoran untuk mencoba," ujarnya.

Bahkan, pihaknya menginginkan ada restoran yang mau membuat "original beef stake" dari daging sapi Bali. Dia menambahkan, dari dua kali percobaan yang sudah dilakukan, hasilnya sudah lumayan. Uji coba dimulai dari pakan ternak yang belum terkontrol. Rencananya, untuk percobaan yang ketiga itu, sapi berumur dua tahun akan dipotong.

Untuk menjadikan daging sapi Bali yang lembut, bisa dimulai dari perlakuan yang khusus untuk pakannya dan tahun ini diujicobakan dari hijauan pakan ternaknya. "Nanti bagaimana hasilnya? Kalau hasilnya bagus akan kami sampaikan. Jangan sampai nanti dikasi harga yang jelek, siapa yang mau ngerjain? Makanya harus ada yang mempromosikan untuk membuat harga daging saping khusus," katanya.

Sumantra menilai harganya harus mahal juga karena ada perlakuan khusus. Petani seringkali malas untuk mencoba karena rendahnya harga. "Dari hasil uji coba, kami juga akan mengundang pengusaha. Kalau pengusaha bilang oke, nanti hotel dan restoran akan kita sarankan. Chef (kokinya) juga kita undang sehingga bisa mengambil harga sesuai kualitasnya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement