Ahad 08 Jan 2017 22:58 WIB

Kemenperin: Ekspor Batik Meningkat 25,7 Persen

Rep: Frederikus Bata/ Red: Maman Sudiaman
Batik
Foto: Prayogi/Republika
Batik

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Dirjen IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih menegaskan industri batik berperan penting memenuhi kebutuhan sandang dalam negeri. Catatan Kemenperin, ekspor batik dan produk batik pada  2015 mencapai 178 juta dolar AS atau meningkat 25,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Adapun pasar ekspor utama batik Indonesia, antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Dalam upaya mendorong pengembangan daya saing industri batik nasional, Ditjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin  telah melakukan berbagai program strategis yang meliputi bimbingan teknis dan pendampingan tenaga ahli, pemberian mesin dan peralatan, restrukturisasi mesin dan peralatan, serta fasilitasi pameran. “Sampai tahun 2015, jumlah IKM yang mendapat fasilitasi restrukturisasi mesin dan peralatan sebanyak 25 perusahaan dengan total potongan harga mencapai Rp2,68 miliar,” tutur Gati dalam kunjungan kerja ke Pekalongan,  lewat siaran pers, Ahad (8/1).

Untuk memperluas pemasaran, Kemenperin tengah mengembangkan program e-Smart IKM yang memanfaatkan teknologi informasi. Gati menjelaskan melalui program ini, IKM dapat memasarkan produknya melalui marketplace yang ada sehingga semua konsumen dapat mengaksesnya dan IKM mendapatkan pasar yang lebih luas. 

Data BPS tahun 2016 menunjukkan, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kota Pekalongan berdasarkan harga berlaku sebesar 21,67 persen atau Rp1,5 triliun dengan laju pertumbuhan 6,23 persen. Sedangkan, jumlah tenaga kerja di industri manufaktur mencapai 55.159 orang dan sebagian besarnya berkerja di industri batik.

Selanjutnya, data Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kota Pekalongan menunjukkan, jumlah IKM batik saat ini sebanyak 1.081 unit dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 12.937 orang. Terdapat empat sentra batik di Pekalongan, yaitu Kampung Batik Pesindon, Kauman, Jenggot dan Pasir Sari. Produk batik yang dihasilkan berupa kain, sarung, pakaian, tas, perlengkapan sholat, dan home decoration. Nilai ekspor produk batik Kota Pekalongan mencapai USD 427 ribu tahun 2015. Produk batik Pekalongan sebangian besar dipasarkan ke Jakarta.

Pemilik Griya Batik Mas, Hisam Diputra mengatakan, usahanya di Desa Kauman telah menyerap tenaga kerja sebanyak 51 orang untuk memproduksi batik tulis, cap, serta kombinasi tulis dan cap. Bahan baku yang digunakan, yakni kapas, sutera dan rayon. 

“Daerah pemasaran kami, meliputi Pekalongan, Jogjakarta, Cirebon, Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Padang, Medan, dan Riau,” ujar Hisam. 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement