Ahad 05 Oct 2014 14:48 WIB

'Korsel Punya Smartphone, Kita Punya Batik'

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Mansyur Faqih
Pengunjung memilih Batik Trusmi di Toko Batik Salma, Cirebon, Jawa Barat.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Pengunjung memilih Batik Trusmi di Toko Batik Salma, Cirebon, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspor batik Indonesia yang diproduksi UKM terus meningkat, khususnya selama lima tahun terakhir. Yaitu, sejak mendapat pengakuan UNESCO pada 2009. 

Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan, Ari Satria menjelaskan, pada 2009, ekspor batik nasional mencapai 23 juta dolar AS.

Kemudian, naik tajam menjadi 289 juta dolar AS pada 2013. Pada periode Januari-Juli 2014, ekspor batik terus bertumbuh mencapai 24,64 persen atau setara dengan 200 juta dolar AS. 

"Bila Korsel punya smartphone, kita punya batik. Batik ini jadi keunggulan Indonesia," ujarnya.

Saat ini, Amerika Serikat (AS) masih menjadi raja pasar ekspor batik Tanah Air. Negara adidaya tersebut mengonsumsi 42,97 persen total ekspor batik nasional.

Kementerian pun terus menggenjot promosi pemasaran produk batik di pasar internasional. Tak hanya diekspor dalam bentuk sandang untuk produk fesyen. Melainkan sebagai produk kerajinan untuk keperluan rumah tangga. 

Tentunya, dengan tetap menjaga agar batik bisa memenuhi standar ramah lingkungan dan bebas bahan kimia berbahaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement