REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peneliti senior Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (PSKK UGM) Sukamdi mengatakan Fakultas Pertanian di kampus di seluruh Indonesia harus terlibat aktif mendukung ketahanan pangan nasional. Seharusnya, kata dia, permasalahan melonjaknya harga-harga beberapa bahan pokok bisa diantisipasi jika Fakultas Pertanian secara intens melakukan kajian dan rekayasa genetika bibit tanaman bahan pokok.
"Saya heran, mengapa begitu banyak Fakultas Pertanian di seluruh Indonesia, tapi belum mampu menjaga ketahanan pangan nasional. Melakukan rekayasa genetika bibit tanaman bahan pokok, menjadi hal yang sangat mungkin untuk dilakukan di Fakultas Pertanian," ujar dia ditemui di kampus Program Doktor Studi Kebijakan UGM, Yogyakarta, Jumat (6/1).
Ia mengatakan dengan melakukan rekayasa genetika maka akan sangat dimungkinkan penurunan harga bahan pokok. Karena panen dari bahan pokok itu akan terjadi di sepanjang musim setiap tahunnya. Misalnya, kata dia, dulunya panen padi hanya berlangsung maksimal dua kali dalam setahun. Namun kini, panen padi bisa terjadi sebanyak tiga hingga empat kali dalam setahun.
"Peningkatan kuantitas panen padi itu lebih disebabkan karena adanya intervensi dari pengembangan dan rekayasa genetika. Nah disinilah peran Fakuktas Pertanian menjadi sangat penting," kata dia.
Ia menambahkan, dengan bertambahnya kuantitas panen maka semakin tercukupinya kebutuhan masyarakat untuk memperoleh padi. "Dampaknya tentu akan menurunkan harga beras di masyarakat. Karena supply yang tercukupi di sepanjang tahun. Jadi tidak akan mungkin terjadi lonjakan harga diluar perkiraan," kata Sukamdi.