REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Indonesia mengungkapkan pihaknya akan terus melakukan efisiensi untuk mempertahankan posisi keuangan. Hal ini menyusul harga batu bara yang tidak dapat diprediksi.
"Harga (batu bara) tidak dapat kita prediksi atau kontrol, sehingga yang dapat dan terus Adaro lakukan adalah efisiensi agar bisa tetap mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah kondisi pasar yang sulit," tulis keterangan tertulis Adaro kepada Republika.co.id, Selasa (20/12).
Selain itu, Adaro mengungkapkan pihaknya ingin tetap memenuhi kebutuhan batu bara ke depan. Meskipun, berdasarkan kajian bersama APBI dan PWC mengenai kelangsungkan proyek listrik nasional berpotensi terkendala minimnya cadangan batu bara. Dengan total produksi batu bara Indonesia yang saat ini mencapai 400 juta ton per tahun diprediksi tak bisa mencukupi kebutuhan ke depan. Cadangan batu bara diprediksi akan habis pada 2033-3036.
Terkait produksi Adaro tahun ini akan tetap sesuai target yaitu 52-54 juta ton. Adaro tidak akan menaikkan target produksi tersebut. Hal ini mengingat Adaro menilai perlu untuk menjamin cadangan batu bara perseroan agar dapat memenuhi kebutuhan jangka panjang dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTNU). Hal ini khususnya PLTU yang dimiliki Adaro yang akan mulai beroperasi beberapa tahun mendatang.
"Untuk target tahun depan juga belum kami sampaikan mengingat informasi resmi rencananya baru akan kami sampaikan di akhir Januari atau Februari 2017," ujar Adaro.
Baca juga: Adaro akan Fokus Penuhi Batu Bara untuk Pembangkit Listrik
Adaro Prediksi Harga Batu Bara Naik Signifikan