Sabtu 17 Dec 2016 21:37 WIB

Masyarakat Jarang Belanjakan Uang Logam

Masyarakat banyak yang menumpuk uang logamnya di rumah lantaran merasa kesulitan untuk menghitungnya saat berbelanja.
Foto: Republika/Reiny Dwinanda
Masyarakat banyak yang menumpuk uang logamnya di rumah lantaran merasa kesulitan untuk menghitungnya saat berbelanja.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Kepala Bank Indonesia Kantor Pelayanan Wilayah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Muhammad Nur mengatakan masyarakat lokal jarang membelanjakan uang logamnya. Alhasil, uang logam yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) lebih banyak yang tidak kembali ke kas. "Untuk itu, kami mengadakan agenda penukaran uang logam dengan uang kertas," ujar Nur, Sabtu.

Selain untuk mengembalikan uang logam yang berada di tangan masyarakat ke kas BI, program tersebut juga digulirkan agar masyarakat mau membelanjakan uang logamnya. Hari itu, BI menyediakan penukaran mulai dari pecahan Rp100 hingga Rp1.000 di halaman Kantor Bank Indonenesia Perwakilan Provinsi Kaltim.

Dalam lima tahun terakhir, BI Kaltim mengeluarkan uang logam sebanyak Rp 55,3 miliar untuk wilayah Samarinda dan sekitarnya. Jumlah itu tidak termasuk uang yang dikeluarkan BI Balikpapan.

Dari jumlah uang logam Rp 55,3 miliar itu, hanya Rp10 juta yang kembali ke kas. Nur pun berharap masyarakat mencintai rupiah apapun bentuknya dan berapapun nilainya. "Sesungguhnya untuk membuat uang dibutuhkan biaya mahal."

Warga Kota Samarinda antusias menukarkan uang logamnya. "Celengan anak saya di rumah sudah penuh. Saya dengar Bank Indonesia membuka gerai penukaran koin, jadi saya datang ke sini untuk menukarkannya," ujar Dina Fatimah, warga Samarinda.

Sesampai di salah satu gerai bank di halaman BI Kaltim, ia menyerahkannya kepada petugas bank dan menghitung bersama-sama. Uang logam yang kebanyakan pecahan Rp100 dan Rp200 itu totalnya sejumlah Rp157 ribu. "Uang logamnya bisa sebanyak itu karena warung di dekat rumah sering menolak pembayaran dengan uang logam pecahan kecil Rp100 atau Rp200."

Dina juga mengaku kesulitan ketika berbelanja dengan uang logam. Butuh waktu untuk menghitung jumlahnya. "Jadi saya merasa lebih baik uang logam disimpan di rumah saja."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement