Selasa 13 Dec 2016 14:42 WIB

Pelindo II Siapkan Capex Rp 25 Triliun untuk Bangun Pelabuhan pada 2017

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Pelindo II
Pelindo II

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Tbk atau Pelindo II telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 25 triliun untuk pembangunan infrastuktur pelabuhan yang dimulai pada tahun depan hingga 2019.

Direktur Utama PT Pelindo II Elvyn G Masassya menjelaskan, ada dua pelabuhan yang akan dibangun dimulai tahun depan seperti pelabuhan di Kijing, Kalimantan Barat dan Pelabuhan di Sorong, Papua.

"Kita akan membangun beberapa pelabuhan baru di indonesia timur di Sorong dan di Kalimantan barat, Kijing. Capex untuk  di tahun 2017 itu lebih kurang sekitar Rp 25 triliun," ujar Elvyn saat ditemui usai acara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Selasa (13/12).

Ia menuturkan, dana tersebut akan digunakan untuk membangun Pelabuhan Kijing dan Pelabuhan Sorong berikut kawasan industri. Ditambah lagi untuk suprastruktur sebesar Rp 25 triliun, sehingga total sekitar Rp 50 triliun. Dana tersebut berasal dari dana internal Pelindo II.

"Tahun depan pada tahap pertama dialokasikan sekitar Rp 6 triliun. Itu semua dari internal kas. Selesainya Insyaallah 2019," ujarnya.

Luas kedua Pelabuhan beserta kawasan industri tersebut dapat mencapai 200 hektare per masing-masing lokasi. Namun sejumlah luasan tersebut akan dibangun secara bertahap.

Selain dua pelabuhan tersebut, kata Elvyn, pihaknya juga akan membangun satu kanal untuk mengatasi masalah kemacetan di ruas tol Tanjung Priok ke Bekasi. Kanal tersebut dibangun untuk membawa barang dari Tanjung Priok ke pabrikan di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Adapun yang akan dibangun disana yakni New Priok Kontainer II dan III, kemudian terminal I dan II.

"Dengan cara ini maka distribusi barang dari pelabuhan kepabrikan akan lebih cepat dan ongkosnya bisa lebih murah. Sehingga kemudian daya saing kita bisa lebih baik, biaya logistik kita juga bisa lebih rendah," tuturnya.

Selain menggunakan dana internal yang berasal dari penerbitan obligasi sejak beberapa tahun lalu, lanjut Elvyn, terdapat dana dari sumber-sumber lain, seperti kerja sama dengan mitra strategis untuk proyek-proyek tersebut.

"Banyak (investor). Hampir semua proyek itu ada peminatnya, kita tentu harus seleksi lagi ada yang dari Eropa ada yang dari Asia Timur," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement