REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (6/12) pagi bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp 13.388, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.398 per dolar AS. "Risiko global dan domestik yang mulai berkurang membuka ruang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa Bank Indonesia yang kembali menyatakan akan adanya dana repatriasi dari program amnesti pajak mencapai Rp 100 triliun pada Desember 2016 turut menjadi sentimen positif bagi mata uang domestik. Ia menambahkan bahwa aksi doa bersama yang berlangsung damai menandai upaya kondisi politik dalam negeri cukup kondusif sehingga turut mendorong laju rupiah untuk bergerak di area positif.
Di sisi lain, kata dia, secara umum harga minyak yang relatif stabil serta pelemahan dolar AS di kawasan Asia juga akan menambah ruang apresiasi bagi mata uang domestik. Ia mengatakan bahwa risiko global dari ketidakpastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat juga cenderung mulai mereda, sentimen dari Amerika Serikat itu cenderung sudah difaktorkan oleh pelaku pasar keuangan global, termasuk di dalam negeri.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menambahkan bahwa sentimen mengenai inflasi yang terjaga di level rendah masih menjadi salah satu faktor yang menjaga stabilitas mata uang domestik. Ia mengatakan bahwa pasar surat utang di dalam negeri yang dalam beberapa hari terakhir mulai diminati investor turut menopang mata uang rupiah.
Baca juga: Jokowi Sebut Kurs Rupiah-Dolar AS Bukan Lagi Tolok Ukur Ekonomi RI