REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu (30/11) atau Kamis (1/12) pagi WIB, didukung data ekonomi positif yang keluar dari negara tersebut. Menurut laporan ADP National Employment Report untuk November yang dirilis pada Rabu (30/11), sektor swasta AS menambahkan jumlah lapangan kerja untuk 216 ribu pekerjaan dari Oktober hingga November.
Jumlah tersebut jauh di atas perkiraan pasar. Angka ADP diawasi ketat sebagai pra-indikator untuk laporan pekerjaan non pertanian yang akan dirilis pada Jumat (2/12).
Pada sesi sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 3,2 persen di kuartal ketiga 2016, menurut perkiraan kedua yang dirilis oleh Departemen Perdagangan pada Selasa (29/11). Pada kuartal kedua, PDB riil meningkat 1,4 persen.
Perkiraan terbaru tersebut sedikit lebih tinggi dari konsensus pasar untuk kenaikan 3,1 persen. Selain itu, harga minyak yang melonjak pada Rabu (30/11) juga memicu pandangan investor untuk inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang.
Para analis mengatakan, data ekonomi positif dan ekspektasi inflasi mendukung spekulasi pasar untuk kenaikan suku bunga pada akhir tahun dan kenaikan lebih lanjut pada tahun depan.
Indeks dolar, yang melacak mata uang greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,59 persen menjadi 101,530 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0596 dolar AS dari 1,0642 dolar AS, dan poundsterling merosot ke 1,2500 dolar AS dari 1,2503 dolar AS. Dolar Australia turun menjadi 0,7393 dolar AS dari 0,7486 dolar AS.
Dolar AS dibeli 114,18 yen Jepang, lebih tinggi dari 112,40 yen di sesi sebelumnya. Dolar AS naik tipis menjadi 1,0166 franc Swiss dari 1,0117 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3423 dolar Kanada dari 1,3418 dolar Kanada.