Rabu 30 Nov 2016 06:00 WIB

Begini Tips Menghindari Investasi Bodong

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ismail Lazarde
Investasi
Foto: wikipedia
Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, Siapa yang tidak ingin mendapatkan keuntungan berlimpah saat berinvestasi? Siapa pun orangnya pasti akan tergiur dengan penawaran investasi yang menjanjikan hasil berkali lipat jumlahnya. Hanya duduk manis, kemudian uang puluhan juta hingga ratusan juta jatuh ke pangkuan.

Namun, pada kenyataannya, janji-janji manis tersebut tak ubahnya seperti angin surga semata. Mereka yang terpikat bukannya meraup untung, tapi malah buntung. 

Berdasarkan data Waspada Investasi OJK, dari 2013 sampai 2014 tercatat ada 2.772 pengaduan dari masyarakat tentang penawaran investasi bodong. Bahkan, total kerugian mencapai Rp 45 triliun, baik yang masuk ke dalam kategori investasi bodong ataupun investasi yang mencurigakan. 

Perencana Keuangan dari Kaukabus Financial Literacy Center, Kaukabus Syarqiyah,  sangat menyayangkan kejadian ini. Padahal, lembaga-lembaga tersebut tidak semuanya berstatus bodong atau fiktif.

“Tapi, faktanya ada oknum-oknum yang membuat lembaga investasi menjadi buruk sehingga menimbulkan trauma bagi masyarakat. Jadikan fenomena ini sebagai pelajaran. Biar bagaimana pun proses seleksi itu ada di tangan Anda selaku calon investor,” ujar wanita yang akrab disapa Kikau ini. 

Kikau menjelaskan, lembaga investasi yang bodong merupakan pihak ketiga yang berusaha melakukan money game yang sama sekali tidak terkait dengan wujud bisnisnya. 

“Mereka sangat tahu betul bagaimana karakter masyarakat yang ‘haus’ akan uang. Sehingga tanpa menjelaskan lebih rinci jenis bisnisnya, oknum-oknum ini langsung menawarkan keuntungan. Misalnya, dengan investasi yang kecil, namun bisa menghasilkan keuntungan yang besar, cepat, dan tanpa usaha,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika Online, Selasa (29/11).

“Inilah yang disebut dengan passive income. Tetapi, idealnya passive income adalah yang bisa membuahkan keuntungan lewat berbisnis. Nah, investasinya saja sudah tidak jelas, Anda tidak perlu melakukan apa-apa tetapi dijanjikan keuntungan yang besar,” tutur Kikau.

Menurut Kikau, alasan seseorang mudah tergiur pada investasi bodong juga karena tawaran bunga yang besar dibandingkan perbankan. Semakin besar investasi Anda, maka bunga yang didapat pun bisa jauh lebih besar. 

 

Nah, agar Anda terhindar dari investasi bodong, Kikau menyarankan agar Anda mencoba menerapkan enam tips berikut ini:

 

1. Cari tahu dahulu informasi secara detail tentang lembaga tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukan calon investor adalah mencari tahu terlebih dahulu informasi lengkap dari lembaga yang menawarkan investasi. “Kalau perlu kroscek sampai tuntas mengenai kantor lembaganya, karyawan, dan produknya,” ujar Kikau.

 

2. Datang langsung untuk melihat produknya. Sebab, investasi itu mempertaruhkan uang Anda, jadi Anda wajib datang langsung untuk melihat produknya. Jangan sampai fiktif. Misalnya, lembaga tersebut menawarkan investasi hewan Kurban, maka Anda juga harus tahu bagaimana mereka mempersiapkan produknya dan bagaimana pangsa pasarnya. “Jika perlu, mintalah data salinan tertulis rencana pemasaran dan penjualan dari perusahaan.”

 

3. Lihatlah risiko secara utuh. Menurut Kikau, tidak sedikit masyarakat yang ‘buta’ akan penawaran investasi bodong. Mereka lebih senang melihat return-nya dibandingkan risiko yang bisa terjadi. Sehingga alangkah baiknya bila Anda menganalisis dampak positif dari keuntungan, namun juga kemungkinan risiko kerugian yang bisa terjadi. “Ingat, semakin besar keuntungan yang diiming-imingi, semakin besar risiko kerugian yang akan Anda alami. Bukan sebaliknya,” jelas Kikau.

 

4. Hindari promotor yang tidak tahu rencana bisnis perusahaan. Logikanya, berinvestasi harus memahami jenis bisnisnya seperti apa. Lalu, apabila promotornya saja tidak bisa menjelaskan secara gamblang, bagaimana mereka bisa memberikan keuntungan? “Bagi Anda calon investor, sebaiknya terapakan ’10 second to think’ sebelum memutuskan untuk berinvestasi atau tidak. Jangan langsung bersedia jadi investor hanya karena diiming-imingi uang yang banyak,” tutur Kikau.

 

5. Cari tahu apakah ada permintaan untuk produk sejenis di pasaran. Jika ada, ini bisa menjadi pertimbangan baik bagi Anda, tentang peluang bisnis jangka panjang. Setidaknya, Anda bisa memperkirakan strategi bisnis yang dimiliki dan bagaimana lembaga tersebut berupaya menghasilkan keuntungan.

 

6. Pilihlah investasi yang menguntungkan, seperti membeli property. Menurut Kikau, berinvestasi di bidang properti adalah pilihan yang tepat. Anda bisa tahu lokasi, bangunan, dan siapa pengembangnya. “Properti memiliki karakteristik yang menguntungkan seperti nilai jualnya yang akan semakin tinggi semakin lama. Anda diajak untuk berkomitmen terhadap pihak bank atau pengembang. Jadi Anda tidak hanya duduk diam, tetapi Anda terus berusaha agar properti Anda memiliki nilai tambah,” ujar Kikau.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement