Selasa 22 Nov 2016 17:00 WIB

RI Perlu Perkuat Perdagangan dengan AS

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dinilai akan membawa perubahan besar bagi perekonomian AS dan industri manufaktur di negara-negara Asia Pasifik. Karena itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menyarankan Pemerintah Indonesia memperkuat kerja sama perdagangan dengan AS.

Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia mengatakan, Trump memiliki visi yang kuat untuk memperkuat ekonomi Amerika Serikat dengan mengembalikan industri manufaktur Amerika yang dibuka di negara-negara Asia Pasifik seperti Cina, Taiwan, dan Vietnam. "Kita harus ada persiapan untuk memperkuat perdagangan dengan AS,” kata Bahlil melalui siaran pers tertulis, Selasa (22/11).

Trump, lanjut Bahlil, menarik diri dari pakta-pakta kerja sama perdagangan bebas seperti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA) dan Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (Trans Pacific Partnership Agreemen/TPPA). Bahkan, Trump juga berencana menaikkan tarif impor produk asal Cina sebesar 40 persen, dan produk asal Meksiko sebesar 30 persen.

Dampak dari kebijakan ini, menurut Bahlil, industri-industri manufaktur AS akan pulang kampung untuk memperkuat industri domestik serta perekonomian AS. Namun, dampak positifnya adalah akan ada nilai impor bahan mentah yang dilakukan industri Amerika.

Celah ini, kata Bahlil, yang harus dipersiapkan Pemerintah Indonesia untuk mencari produk apa saja yang bisa diekspor ke negara tersebut. "Pemerintah harus bersiap memperkuat dan mengekplorasi peluang ekspor apa yang bisa digarap pengusaha ke depannya," ujar dia.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement