REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal III 2016 tercatat sebesar 325,3 miliar dolar AS atau tumbuh 7,8 persen (yoy). Rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir kuartal III 2016 tercatat sebesar 35,7 persen atau turun dari 36,9 persen pada akhir kuartal II 2016.
Ekonom Kenta Institute Eric Sugandi mengatakan, meski rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) turun dari 36,9 persen pada akhir kuartal II 2016 menjadi sebesar 35,7 persen pada akhir kuartal III 2016, serta rasio ULN terhadap cadangan devisa turun menjadi sebesar 35,5 persen pada kuartal III 2016 dari 37,8 persen, namun rasio ULN terhadap ekspor memang sedikit memburuk. “Namun menggunakan rasio ULN terhadap ekspor bisa misleading karena ekonomi Indonesia lebih banyak digerakkan faktor domestik,” ujar Eric pada Republika.co.id, Jumat (18/11).
Menurut Eric, total utang luar negeri mungkin akan terus naik pada kuartal IV. Karena adanya pinjaman jangka panjang untuk proyek-proyek pembangunan. Sedangkan utang sektor swasta cenderung stabil, bisa naik sedikit atau turun sedikit.
“Rasio utang luar negeri terhadap PDB di kuartal IV mungkin cenderung tidak banyak berubah dibandingkan kuartal III. Rasio utang luar negeri terhadap cadangan devisa bisa naik jika cadangan devisa banyak digunakan,” katanya.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan tahunan ULN sektor publik meningkat menjadi 20,8 persen (yoy) pada kuartal III 2016 dari kuartal sebelumnya sebesar 17,9 persen (yoy). Sementara pertumbuhan tahunan ULN sektor swasta terus menurun.
Pada akhir kuartal III 2016, posisi ULN sektor swasta mencapai 163,1 miliar dolar AS (50,1 persen dari total ULN), sementara posisi ULN sektor publik sebesar 162,2 miliar dolar AS (49,9 persen dari total ULN). ULN sektor swasta turun 2,7 persen (yoy) pada kuartal III 2016. Penurunan ini lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,3 persen (yoy).