Senin 24 Oct 2016 16:28 WIB

Pelaku Pariwisata Wait and See Soal Tambah Investasi

Pariwisata Bali (ilustrasi)
Foto: antara
Pariwisata Bali (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR  -- Survei Bank Indonesia menyebutkan bahwa pelaku usaha sektor pendukung pariwisata meliputi perdagangan, hotel dan restoran di Bali melakukan wait and see dalam menambah investasi pada triwulan III tahun 2016. Diprediksi, hal itu dilakukan karena periode Juli-September bukan merupakan musim puncak liburan.

"Perusahaan akan menambah investasi kalau penggunaannya itu sudah maksimal mengingat triwulan ketiga itu bukan peak season," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Suarpika Bimantoro di Denpasar, Senin (24/10).

Aksi menunggu dan mengamati itu menyebabkan penambahan investasi pada sektor pendukung pariwisata tersebut menurun pada siklus triwulanan dari saldo bersih tertimbang (SBT) dari 3,42 persen pada triwulan kedua menjadi 2,25 persen pada triwulan ketiga.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana optimistis pada triwulan IV yakni periode Oktober-Desember, pelaku usaha akan melakukan penambahan investasi pada sektor utama itu mengingat sudah masuk musim puncak liburan.

Dari survei dunia usaha itu diprediksi bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran meningkat dari SBT 2,25 persen menjadi 2,53 persen pada triwulan IV. "Beberapa pelaku usaha berencana meningkatkan investasi pada triwulan IV," katanya.

Meski investasi sektor pendukung pariwisata itu tidak bertambah namun kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran SBT-nya meningkat dari 4,31 persen pada triwulan kedua menjadi 4,92 persen. Secara umum kinerja dunia usaha pada triwulan ketiga tahun ini menunjukkan hal yang membaik berdasarkan survei kegiatan dunia usaha (SKDU).

Hasil survei menunjukkan perbaikan yang tercermin dari banyaknya responden menjawab terjadinya peningkatan yang dituangkan dalam SBT secara total dari minus 1,78 persen menjadi 7,97 persen. SKDU merupakan survei triwulanan yang dilakukan sejak 2008 dengan melibatkan 130 responden tersebar di Bali dan dipilih berdasarkan sampel.

Metode penghitungan dilakukan dengan saldo bersih yakni menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban "meningkat" dengan jawaban "menurun" dan mengabaikan jawaban "sama".

Khusus menghitung SBT untuk kegiatan usaha dan kondisi investasi dilakukan dengan metode SBT "weighted net balance" yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement