REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat laju inflasi hingga pekan kedua Oktober 2016 sebesar 0,04 persen month to month (mtm). Inflasi dipicu koreksi pada harga bahan pangan yang termasuk dalam kelompok harga bergejolak (volatile food).
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan hingga pekan kedua Oktober 2016, indeks harga konsumen dalam tren menurun, setelah pada September 2016 lalu menanjak sebesar 3,07 persen year on year (yoy) karena faktor musiman. "(Oktober) pendorongnya semua turun, kalau kita lihat dari harga pangan semua turun kecuali cabai," kata Juda di Jakarta, Kamis (20/10).
Hingga akhir 2016, Juda memperkirakan inflasi akan berada di bias bawah proyeksi BI di rentang empat persen plus minus satu persen. Adapun per September 2016, secara tahun berjalan inflasi sebesar 1,97 persen (year to date) dan 3,07 pesens secara tahunan (yoy).
Inflasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang dijaga bank sentral untuk mempertahankan stabilitas perekonomian. Indikator lainnya seperti neraca transaksi berjalan pada kuartal III 2016 menurut Juda akan di bawah 2,0 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) setelah pada kuartal II 2016 defisit sebesar 2,0 persen dari PDB.
Sementara, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,9-5,3 persen (yoy) pada tahun ini. Inflasi juga menjadi referensi BI untuk menentukan arah kebijakan moneter, yang pada tahun ini telah melonggar dengan pemotongan bunga acuan yang terakumulasi sebesar 150 basis poin hingga Oktober 2016.