REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga meminta Dirut Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) Kemenkop UKM Ahmad Zabadi agar segera mengurus hak cipta atau paten produk 'roaster coffee' (pemanggang kopi) ciptaan John Rahardi. Ia khawatir jika produk tersebut ditiru negara lain.
"Jika tidak segera dipatenkan, tapi sudah diekspor ke Jerman, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, hingga ke Amerika, saya takutkan akan dijiplak atau malah dipatenkan di sana. Ini jangan sampai terjadi," tegasnya di sela-sela acara 'Smesco Rembug Kopi Nusantara', di gedung Smesco Indonesia, Jakarta, Kamis (13/10).
Ia pun meminta pengurusan persyaratan pengajuan hak paten dilakukan pada Kamis ini. Puspayoga menambahkan, komoditas kopi merupakan produk unggulan ekspor nasional sehingga daya saingnya harus terus ditingkatkan.
Menurutnya, minum kopi telah menjadi bagian gaya hidup masyarakat Indonesia bahkan seluruh dunia. Adanya acara rembug kopi yang digelar hari ini hingga 15 Oktober ini dianggap penting karena dapat saling berbagi untuk mengembangkan kopi sebagai produk andalan Indonesia. "Dan melalui Smesco ini juga promosi bisa terus ditingkatkan", katanya.
Puspayoga pun mengajak pihak-pihak terkait untuk mengkaji mengapa produk kopi Indonesia bisa dikalahkan kopi asal Brasil dan Vietnam di pasaran dunia. Padahal, kata dia, dua negara tersebut merupakan pemain baru di sektor kopi. Indonesia sudah mengenal dan mengolah kopi sejak abad ke-19.
"Oleh karena itu, saya berharap kualitas dan produktivitas kopi Indonesia juga bisa lebih ditingkatkan lagi. Dengan begitu, ekspor kopi pun bisa ditingkatkan," kata Puspayoga.
Menurutnya dari segi kuantitas, Indonesia memang belum menjadi produsen kopi terbesar di dunia. Namun dari segi kualitas dan cita rasa, banyak masyarakat dunia yang mencari kopi Indonesia. "Kesempatan ini harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk mengembangkan Kopi Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, Dirut Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) Kemenkop dan UKM Ahmad Zabadi mengatakan, acara yang baru pertama kali diselenggarakan tersebut bertujuan mengenalkan ragam kopi lokal di Indonesia juga sebagai upaya dalam menyatukan potensi-potensi yang ada dari komoditas kopi Indonesia.
Acara tersebut dapat membuat pelaku KUKM di bidang kopi berkumpul dan saling bersinergi dalam rangka mem-branding produk kopi unggulan dari masing-masing daerah. Zabadi meyakinkan akan selalu memberikan ruang gerak leluasa kepada para pelaku KUKM. Dengan begitu mereka dapat mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mempromosikan hasil kreativitasnya kepada masyarakat. Menurutnya, kopi merupakan penyumbang devisa terbesar keempat setelah kelapa sawit, karet, dan kakao.