REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebutkan, kegiatan dunia usaha pada kuartal III 2016 turun bila dibandingkan kuartal sebelumnya. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai, penurunan ini mengindikasikan daya beli masyarakat masih lemah hingga September 2016 ini.
Josua menjelaskan, kegiatan dunia usaha cenderung melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, utamanya didorong oleh perlambatan industri manufaktur khususnya industri makanan dan minuman seiring dengan berakhirnya faktor musiman yakni masa panen raya dan Idul Fitri yang berlangsung bersamaan pada kuartal II tahun ini.
"Perlambatan dunia usaha juga terindikasi oleh penurunan kapasitas produksi, penurunan volume produksi serta kontraksi penggunaan tenaga kerja," ujar Josua, Selasa (11/10).
Menurunnya sisi suplai ini, kata Josua, juga mengindikan bahwa daya beli masyarakat masih lemah pada kuartal III tahun ini. Hal ini juga diperkuat dengan inflasi inti (di luar harga bergejolak dan harga diatur pemerintah) yang trennya masih menurun. "Pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan berada di kisaran 4,95 -5,05 persen (year on year /yoy),"katanya.
Ia menjelaskan, sisi permintaan yang masih lemah ini juga menunjukkan bahwa ekonomi domestik pada kuartal III justru sedikit melambat. Apalagi kontribusi dari konsumsi pemerintah juga menurun seiring pemangkasan belanja pemerintah pusat sehingga mempengaruhi juga investasi swasta di sekor riil. "Meskipun tren suku bunga sudah turun namun mengingat kapasitas produksi sektor riil ini menurun, sehingga permintaan kredit pun belum meningkat," katanya.
Berdasarkan data BI, penurunan pertumbuhan kegiatan dunia usaha tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 13,20 persen, lebih rendah dibandingkan 18,40 persen pada Kuartal II-2016. Pertumbuhan kegiatan usaha yang terbatas tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan sektor industri pengolahan, khususnya subsektor industri makanan, minuman & tembakau sejalan dengan berakhirnya faktor musiman. Sejalan dengan hal tersebut, rata-rata kapasitas produksi terpakai pada kuartal III 2016 berada di level 76,21 persen, lebih rendah dibandingkan 77,01 persen pada kuartal sebelumnya.
Baca juga: BI Khawatirkan Inflasi Melonjak di 2017