Rabu 05 Oct 2016 17:33 WIB

Ekonomi Cina Diprediksi Terus Melambat, Indonesia Membaik

Rep: INTAN PRATIWI/ Red: Budi Raharjo
Shanghai (ilustrasi)
Foto: internations.org
Shanghai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi negara di Asia Timur dan Pasifik akan tetap stabil hinga tiga tahun mendatang. Meski begitu, Bank Dunia menilai negara-negara Asia harus menjaga konsistensi keuangannya untuk mengurangi kerentanan finansial dan fiskal.

Laporan perkembangan ekonomi Asia Timur dan Pasifik yang baru memperkirakan Cina akan terus melakuka transisi dan mengalami pertumbuhan yang lambat meski terus berkelanjutan. Bank Dunia mencatat pada tahun ini saja Cina mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen dan akan menurun pada tahun depan sebesar 6,5 persen dan menurun hingga 6,3 persen pada 2018.

Namun pada negara negara lain akan mengalami kenaikan pertumbuhan sekitar 5 persen pada 2017 dan 5,1 persen pada 2018. Secara keseluruhan negara berkembang di Asia Timur diperkirakan tumbuh sebesar 5,8 persen pada 2016 dan 5,7 persen pada 2017-2018.

"Proyeksi pertumbuhan akan tetap positif, melemahnya pertumbuhan global dan permintaan ekspor bisa diimbangi oleh konsumsi domestik dan investasi yang kuat," ujar Victoria Kwakwa, Wakil Presien Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Rabu (5/10).

Bank Dunia memprediksi permintaan domestik akan tetap kuat di hampir seluruh kawasan. Harga komoditas yang terus menurun akan menguntungkan importir komoditas dan menjaga inflasi tetap rendah di hampir semua kawasan.

Di antara negara negara tersebut, prospek kuat ada di Filipina. Pertumbuhan ekonomi Filipina melaju hingga 6,4 persen pada tahun ini. Begitu juga dengan Vietman, meski sedang mengalami kekeringan parah, namun pada 2017 diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan kembali pada 6,3 persen.

Sedangkan di Indonesia, pertumbuhan ekonomi akan naik secara stabil sebesar 4,8 persen pada 2015 menjadi 5,5 persen pada 2019. Sedangkan di Malaysia, pertumbuhan akan menurun secara tajam sebesar 4,2 persen pada 2016 dari 5 persen pada tahun lalu. "Ekspor komoditas menjadi salah satu pengaruh pertumbuhan ekonomi di beberapa negara," ujar Victoria.

Bank Dunia merekomendasikan negara negara harus memiliki prioritas dengan mengedepankan reformasi di sektor korporat dan mengelola pertumbuhan kredit. Kedua, mengurangi penumpukan risiko eksternal dan domestik di perekonomian besar lainnya. Ketiga, menjaga ketahanan fiskal dan memperluas sumber pendapatn di kawasan. Terakhir, mengatasi resiko terhadap kesinambungan fiskal.

Kedepan, pada efek jangka panjang, Bank Dunia merekomendasikan negara Asia Timur dan Pasifik harus bisa mengatasi kesenjangan infrastruktur. Caranya, menyeimbangkan kembali pengeluaran publik dan meningkatkan kerja sama publik dan swasta serta memperbaiki efisiensi manajemen investasi publik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement