Senin 03 Oct 2016 12:38 WIB

BI Pantau 800 Produk yang Pengaruhi Inflasi

Bank Indonesia
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Aditya Swara mengatakan, bank sentral setiap saat melakukan pemantauan 800 produk yang mempengaruhi inflasi.

"Kami terus memantau sekitar 800 produk yang tersebar di Indonesia dari 82 kota," kata Mirza pada pembukaan Temu Wartawan Daerah Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/10).

Menurut dia, pentingnya memantau harga produk kebutuhan masyarakat khususnya sembilan jenis bahan pokok (sembako) itu, karena suplai dan kebutuhan akan mempengaruhi inflasi. Sebagai gambaran, jika harga cabai tinggi akibat produksi kurang sementara permintaan tinggi, ini akan memicu terjadinya inflasi.

Berkaitan dengan hal itu, lanjut dia, maka peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sangat penting di daerah dalam menormalisasi harga suatu produk di lapangan. Berdasarkan data BI diketahui, kini terdapat 400 TPID yang tersebar di Indonesia pada setiap kantor perwakilan BI.

Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Noor Yudanto menambahkan, jumlah pantau produk terus meningkat dalam kurun per lima tahunan. Pada 2012 terdapat 859 produk yang dipantau oleh BI di kabupaten/kota di 34 provinsi. Jumlah itu meningkat dibanding periode 2007 dan 2002 yang masih 774 produk.

"Dalam pemantauan produk tersebut, kami juga mengacu pada survei biaya hidup (SBH) yang dilakukan oleh pihak Badan Pusat Statistik (BPS)," katanya.

Sementara untuk mengantisipasi terjadinya inflasi, Deputi Direktur Departemen Pengelolaan UMKM, BI Winny Purwanti mengatakan, pihak BI membuat strategi pengembangan klaster yang kini jumlahnya mencapai 158 kluster yang tersebar di 45 kantor perwakilan BI di Indonesia.

"Pada 2014 pengembangan klaster itu selain sasarannya pada komoditas pangan, juga untuk komoditas andalan ekspor," jelasnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement