REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemeirntah secara resmi membuka masa penawaran surat utang negara yakni Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri ORI013, dengan periode penawaran dari 28 September hingga 20 Oktober 2016 mendatang. Pada penerbitan ORI013 ini pemerintah menetapkan penawaran kupon atau tingkat imbal hasil sebesar 6,6 persen dengan tenor tiga tahun.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Lotto Srinata Ginting menjelaskan bahwa sejak diterbitkan pertama kali pada 2006 lalu, tingkat imbal hasil menunjukkan tren penurunan. Saat itu kupon ditawarkan sebesar 12,0 persen. Angkanya terus menurun seiring dengan perkembangan ekonomi dan meningkatnya kepercayaan pasar. Lotto mengingatkan kepada masyarakat yang ingin berinvestasi melalui surat utang negara untuk segera melakukan pembelian ORI013.
Penerbitan ORI sempat terjadi dua kali dalam kurun waktu satu tahun yakni pada 2007 dan 2008, sehingga pada penerbitan tahun ini terhitung sebagai seri ke-13.
"ORI seri 001, pertama kali mencapai Rp 3,2 triliun dan tenor tiga tahun serta tingkat kupon tertinggi dalam sejarah yakni 12,0. Saya ingat pada waktu jadi marketing ORI di tahun berikutnya ada yang tanya kenapa tidak menerbitkan kupon 12,0 sepertu ORI001. Artinya, belilah (sekarang) karena tingkat bunga kita waktu demi waktu menurun seiring dengan perekonomian kita," kata Lotto saat pembukaan penawaran ORI013 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (29/9).
Lotto mengatakan, pembelian ORI013 ini bisa dilakukan dengan minimum pembelian obligasi ritel seharga Rp 5 juta dan pembelian maksimum sebesar Rp 3 miliar dolar AS. Pemerintah menyadari bahwa instrumen investasi yang terbuka bagi masyarakat umum ini masih didominasi oleh investor institusi. Kementerian Keuangan mencatat, pembeliian obligasi ritel masih belum banyak dilakukan oleh investor individu. Karenanya pemeirntah akan mengampenyakan penawaran obligasi ritel ini di 39 kota di Indonesia.
Pemerintah, kata Lotto, terus melakukan penyempurnaan struktur agar dari waktu ke waktu penerbitannya bisa terus meningkat. Penerbitan ORI009 merupakan pertama kali penerbitan dengan minimum holding period satu kali pembayaran kupon. "Dan ini kami masih terapkan minimum holding periode untuk dua kali kupon," ujarnya.
Lotto melanjutkan, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) berpotensi naik dari Rp 43 triliun menjadi Rp 654 triliun. Hal ini lantaram defisit fiskal pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 diproyeksikan bakal melebar dari 2,35 persen menjadi 2,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Dan ini kalau kita terbitkan sebesar itu, maka ini mencatat sejarah pertama kalinya menerbitkan SBN di atas Rp 600 triliun," katanya.
Untuk menawarkan ORI013, pemerintah menunjuk 24 agen untuk penjualan ORI013, yang terdiri dari 18 bank dan 6 perusahaan efek. Bank yang ditunjuk jadi agen penjualan ORI013 di antaranya adalah Citibank, N.A, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Bukopin, Tbk, PT Bank Central Asia, Tbk, PT Bank CIMB Niaga, Tbk, PT Bank Danamon Indonesia, Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero), Tbk, PT Bank Maybank Indonesia, Tbk, PT Bank Mega, Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank OCBC NISP, Tbk, PT Bank Panin, Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk, Standard Chartered Bank, dan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited.
Sementara perusahaan sekuritas yang ditunjuk sebagai agen penjualan ORI013 adalah PT Danareksa Sekuritas, PT Indo Premier Securities, PT Mega Capital Indonesia, PT MNC Securities, PT Sucorinvest Central Gani, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia, Tbk.