REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 30 poin menjadi Rp 12.939 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 12.909 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu (28/9) mengatakan bahwa dolar AS bergerak menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia menjelang testimoni ketua bank sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen.
"Testimoni ketua bank sentral AS itu akan difokuskan pada kebijakan ekonomi dan keuangan. Pasar memandang, the Fed masih 'hawkish' untuk menaikan suku bunga acuannya," katanya.
Ariston mengatakan, data kepercayaan konsumen Amerika Serikat yang optimis juga turut menopang mata uang dolar AS untuk terapresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
Menurut dia, hasil survei dari Conference Board (CB) menunjukkan konsumen Amerika Serikat cukup optimis pada September didukung solidnya kondisi pasar tenaga kerja disana.
Dikatakan Ariston, pengeluaran konsumen merupakan salah satu pendorong utama dalam pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Conference Board melaporkan adanya kenaikan dalam indeks sentimen konsumen dari 101.8 pada Agustus menjadi 104.1 untuk September ini.
Sementara itu, Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova mengatakan sentimen dalam negeri mengenai amnesti pajak masih menjaga mata uang domestik untuk bergerak di bawah level Rp 13.000 per dolar AS. "Terus meningkatnya uang tebusan program amnesti pajak akan menjaga mata uang domestik," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 12.926 dibandingkan hari sebelumnya (27/9) pada level Rp 13.027.