Rabu 21 Sep 2016 13:37 WIB

Bank Muamalat akan Terima Suntikan Dana Rp 2 Triliun

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Petugas sedang melakukan pelayanan di Bank Muamalat, Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petugas sedang melakukan pelayanan di Bank Muamalat, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Muamalat Indonesia Tbk akan menerima suntikan dana segar sebesar Rp 2 triliun dari para pemegang saham. Kepastian tersebut telah diperoleh usai perseroan melalukan konsolidasi dengan para pemegang saham. 

"Proses konsolidasi sudah mendekati akhir. Jadi atas dasar itu kami siap untuk bertumbuh, dan pelan-pelan modal dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan," ujar Direktur Utama Bank Muamalat Endy Abdurrahman di Jakarta, Rabu (21/9).

Penambahan modal tersebut akan dilakukan oleh tiga pemegang saham utama yakni Islamic Development Bank (IDB), Boubyan Bank Kuwait, dan Atwill Holdings Limited. Saat ini IDB memegang porsi saham terbesar di Bank Muamalat yaitu sebesar 32,74 persen. Sementara, pemegang saham lainnya yaitu Boubyan Bank Kuwait sebesar 22 persen, Atwill Holdings Limited sebesar 17,91 persen, National Bank of Kuwait 8,45 persen, dan IDF Foundation 3,48 persen.

Endy mengatakan, penyertaan modal baru tersebut direncanakan bisa tuntas sebelum akhir 2016 ini. Menurutnya, dengan tambaan modal baru ini diperkirakan rasio kecukupan modal Bank Muamalat bisa meningkat dari 13 persen menjadi 18 persen. 

Selain itu, dengan tambahan baru ini Bank Muamalat membidik pertumbuhan bisnis dengan strategi baru. Endy menjelaskan, dalam tiga tahun ke depan Bank Muamalat berencana untuk mengubah fokus portfolio bisnis perseroan dari segmen korporasi menjadi konsumer dan ritel. Saat ini, porsi bisnis korporasi Bank Muamalat mencapai 60 persen. Sedangkan 40 persen berada di segmen konsumer dan ritel. Endy mengharapkan, pada 2019 porsi tersebut bisa berbalik.

"Tiga tahun mendatang target kami adalah kebalikannya. Jadi, 60 persen untuk konsumer dan ritel sedangkan sisanya korporasi. Bahkan kalau bisa, 70 persen banding 30 persen," kata Endy.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement