REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2016 sebesar 324,2 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 6,4 persen (yoy). Dari data tersebut, ULN sektor swasta terus mengalami penurunan sedangkan ULN sektor publik mengalami peningkatan.
Ekonom Kenta Institute, Eric Sugandi menjelaskan, meski porsi ULN sektor swasta lebih dominan yaitu mencapai 50,7 persen dari total ULN daripada porsi ULN pemerintah atau publik, namun ULN swasta mengalami penurunan di Juli dibanding Juni sementara ULN pemerintah meningkat.
Penurunan ULN swasta di bulan Juli ini, kata Eric, disebabkan antara lain pertama, kebutuhan berhutang swasta cenderung turun karena sudah meminjam pada Kuartal II 2016 untuk kebutuhan produksi atau ekspansi bisnis. Kedua, perusahaan-perusahaan swasta terus melakukan pembayaran cicilan bunga dan utang.
"Sementara ULN pemerintah bertambah karena penerbitan SBN yang dibeli asing dan pencairan pinjaman untuk kegiatan pembangunan," jelas Eric pada Republika, Selasa (20/9).
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada akhir Juli 2016, posisi ULN sektor swasta mencapai 164,5 miliar dolar AS, sementara ULN sektor publik sebesar 159,7 miliar dolar AS. ULN sektor swasta masih mengalami penurunan 3,4 persen (yoy) pada Juli 2016 setelah pada bulan sebelumnya turun 3,1 persen (yoy), sementara ULN sektor publik tumbuh 18,7 persen (yoy) atau meningkat dari 17,9 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Eric menilai ULN kedua sektor tersebut akan terus meningkat di bulan-bulan selanjutnya, seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Apalagi dengan adanya proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi pada Semester II 2016.
"Walau turun pada Juli, masih ada kemungkinan ULN swasta naik di bulan-bulan mendatang jika ada peningkatan aktivitas ekonomi yang membuat perusahaan-perusahaan swasta meningkatkan permintaan offshore valas mereka, bisa juga kalau intracompany lending PMA naik atau pinjaman dari induk perusahaan ke anak perusahaan," katanya.
Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III 2016 sebesar 5,3 persen yoy dan 5,1 persen yoy di Kuartal IV 2016, sedangkan akhir tahun akan berada di posisi 5,1 persen.