Senin 19 Sep 2016 15:52 WIB

Investasi Diyakini Naik 14 Persen Tahun Ini

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Kepala BKPM Thomas Lembong mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/8).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Kepala BKPM Thomas Lembong mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/8).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) optimis pertumbuhan investasi di dalam negeri akan tumbuh 12-14 persen pada 2016. Hal ini terlihat dari optimistis pasar yang kembali melirik Indonesia untuk menanamkan modal.

Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, ‎kondisi perekonomian global masih turun. Negara berkembang bersaing sengit dalam mendatangkan investasi asing karena sama-sama membutuhkan modal dari investor guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

"Jadi tahun ini perkiraan laju pertumbuhan investasi masih 12-14 persen year on year, dalam rupiah, dan harapannya tahun ke depan minimun dapat segitu juga," kata Thomas di kantornya, Jakarta, Senin (19/9).

Menurut Thomas, kepercayaan investor masuk ke Indonesia karena pemerintah telah memberi sinyal kuat kepada pengusaha luar negeri bahwa Indonesia tengah membangun iklim investasi yang bersahabat. Hal ini terlihat dari penghapusan persyaratan dan perizinan yang berlebihan.

Meski perbaikan izin ini disebut baru sekitar 5-10 persen dari reformasi perizinan yang ditargetkan, namun sinyal ini mulai ditangkap secara baik oleh pelaku industri dalam dan luar negeri. Perwakilan pemerintah yang berdialog dengan investor pun telah memperlihatkan keseriusannya untuk menanamkan modal di Indonesia.

Beberapa bidang yang masih menjadi daya tarik di antaranya pembangunan pengolahan logam atau smelter yang banyak diminati investor Cina. Sedangkan Korea Selatan lebih banyak tertarik untuk pengembangan industri besi baja, dan petrokimia. Selain itu Korea juga berniat memperbanyak industri terksil dan sepatu.

"Hemat saya minimum kita mulai stabil dan pelan-pelan kita mulai mengejar yang ketinggalan seperti dari Vietnam," ujar Thomas.

Dengan banyaknya investasi masuk ke Indonesia dari Cina, Thomas berharap masyarakat tidak mencap buruk hal ini. Jangan sampai masyarakat mengira bahwa Indonesia tengah dijajah negara Cina melalui investasi mereka. Dia mengatakan jangan sampai ada reaksi alergi terhadap Cina, karena ini bisa membuat investor malah pergi dari Indonesia.

Selain sektor industri manufaktur, BKPM telah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata untuk menggenjot investasi di bidang pariwisata. Dengan banyaknya daerah di Indonesia yang bisa dijadikan obyek wisata, maka sektor ini juga bisa memberikan pemasukan besar bagi negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement