REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya di perdagangan New York pada Selasa (6/9) atau Rabu (7/9) pagi WIB, karena data ekonomi yang keluar dari negara itu lebih buruk dari yang diperkirakan.
Indeks Non-Manufaktur, yang mengukur aktivitas di sektor jasa AS, tercatat 51,4 persen pada Agustus, 4,1 persentase poin lebih rendah dari angka Juli dan gagal memenuhi konsensus pasar 55,0 persen, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan dalam survei bulanannya pada Selasa (6/9).
Sementara itu, investor masih mencerna laporan penggajian (payroll) non pertanian baru-baru ini. Total penggajian pekerjaan non pertanian AS naik 151 ribu pada Agustus, di bawah konsensus pasar naik 175 ribu, dan tingkat pengangguran tetap di 4,9 persen, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Jumat (2/9) lalu.
Para analis mengatakan penggajiab non pertanian yang dipantau cermat telah sangat memperlemah ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga secepatnya pada September. Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang greenback terhadap enam mata uang utama, turun 1,08 persen menjadi 94,810 pada akhir perdagangan Selasa (6/9).
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1261 dolar AS dari 1,1161 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan poundsterlingnaik menjadi 1,3434 dolar AS dari 1,3296 dolar AS. Dolar Australia naik ke 0,7682 dolar AS dari 0,7566 dolar AS.
Dolar AS dibeli 101,96 yen Jepang, lebih rendah dari 103,98 yen di sesi sebelumnya. Dolar AS jatuh ke 0,9696 franc Swiss dari 0,9804 franc Swiss, dan turun tipis menjadi 1,2834 dolar Kanada dari 1,2999 dolar Kanada.