Jumat 02 Sep 2016 14:11 WIB

Rini Ingin Holding BUMN Migas Turunkan Harga Gas Industri

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Menteri BUMN Rini Soemarno
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Menteri BUMN Rini Soemarno

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pembentukan perusahaan induk atau holding untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor minyak dan gas bumi (migas) diyakini bisa ikut menekan harga gas industri yang selama ini dirasakan mahal oleh pelaku usaha. Menteri BUMN Rini Soemarno menjelaskan, pembentukan holding dengan menjadikan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) atau PGN sebagai anak usaha PT Pertamina (Persero) bisa memangkas nilai investasi ganda yang sebelumnya dikerjakan oleh keduanya.

Rini mengatakan, pemerintah saat ini masih mencari angka penurunan harga yang tepat agar produsen, penyalur, dan pengguna akhir (end user) dari gas industri bisa saling diuntungkan. Industri meminta agar harga gas bisa ditekan sampai di kisaran 4 dolar AS sampai 5 dolar AS per mmbtu, dari harga saat ini yang bisa mencapai 10 dolar AS per mmbtu. Perhitungan efisiensi harga gas industri salah satunya mempertimbangkan skema penyaluran, termasuk harga gas di kepala sumur atau well head dan harga gas yang sudah diolah.

"Holding, sehingga cost untuk infrastruktur untuk pengiriman gas itu menjadi terintegrasi sehingga tidak ada double investment. Cost itu kan biasanya depresiasnya, IRR nya, dalam investasi itu harus dihitung. Nah, ini kita hitung lagi. Untuk cost dari pengirimannya. Biaya distribusinya," kata Rini di Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/9).

Biaya distribusi, kata Rini, bisa ditekan tanpa mengabaikan biaya investasi dari pengembangan infrastruktur gas. Menurutnya, harga gas yang kompetitif bisa mendorong kompetisi di level industri hilir yang pada akhirnya membuat produk turunan bisa bersaing dengan produk dari luar negeri.

"Pemerintah melihat juga dari cost of well head-nya, yaitu dari sumurnya, waktu itu cost-nya bagaimana. Karena memang kalau kita mau mendorong pengembangan industri, dan kita membutuhkan produk dari industri itu sendiri, apakah untuk dalam negeri ataupun untuk ekspor, tentunya kita harus mempunyai harga gas secara kompetitif juga di dunia," katanya.

Sementara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan akan mulai pembahasan lanjutan soal penurunan harga gas dengan Kementerian Perindustrian pada pekan depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement