Jumat 02 Sep 2016 10:12 WIB

Pemerintah Diminta Hati-Hati Baca Deflasi Agustus

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta untuk tidak langsung lega atas raihan deflasi bulan Agustus ini sebesar 0,02 persen. Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menjelaskan, pada dasarnya inflasi sebagai imbas kenaikan harga bulan puasa dan Lebaran akan terdistribusi sejak tiga bulan sebelum Lebaran. 

Belum lagi, kata Enny, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa pada Agustus ini inflasi untuk bahan pangan masih terbilang tinggi yakni 5,14 untuk tahun ke tahun. Artinya, menurut dia, justru masyarakat akan tersedot pengeluarannya untuk konsumsi bahan pangan sehingga tidak memiliki ruang cukup untuk konsumsi kelompok pengeluaran lainnya. 

Hal ini berujung pada lemahnya daya beli masyarakat. Lemahnya daya beli masyarakat lah, lanjut Enny, yang menekan permintaan sehingga harga-harga sejumlah kelompok pengeluaran seperti angkutan, sandang, dan rekreasi justru menurun. 

Ia menyebutkan, penurunan permintaan lah yang membuat inflasi bulan ini rendah, bahkan deflasi. "Jadi harus hati-hati melihat data. Jangan terbalik. Artinya justri ketika inflasi itu rendah, secara umum di sisi lain inflasi bahan makanan tinggi maka menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat karena penghasilan masyarakat tersedot habis untuk makanan atau pangan sehingga permintaan untuk non pangan rendah. Nah itu yang memicu inflasi umumnya rendah," jelas Enny, Kamis (1/9). 

BPS merilis angka deflasi pada Agustus tahun ini sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,13. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan bahwa deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran terutama tarif angkutan antar kota, tarif angkutan udara, harga komoditas seperti daging ayam ras, sayur mayur, bahkan tarif pulsa ponsel. 

Sedangkan pengaruh inflasi masih disumbangkan oleh tarif listrik pascabayar yang sempat naik pada Juli lalu, biaya tahun ajaran batru bagi siswa sekola, tarif sewa rumah, dan harag rokok kretek filter disebutkan memberikan andil pada inflasi. Khusus untuk rokok, isu soal kenaikan cukai tembakau ikut menyulut angka inflasi.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement