Kamis 01 Sep 2016 11:38 WIB

BPS: Agustus Deflasi 0,02 Persen

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2016 sebesar 0,02 persen. Deflasi selama Agustus, menurut BPS, terjadi terutama karena imbas penurunan harga minyak dunia yang juga merembet ke anjloknya harga sejumlah komoditas. 

Di dalam negeri, deflasi juga dipengaruhi penurunan bahan makanan pascalibur Lebaran, terutama sayur mayur. BPS juga melihat bahwa penurunan tarif komunikasi dan jasa keuangan menyebabkan deflasi terjadi di sebagian besar daerah di Indonesia.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan, tarif transportasi yang ikut turunterutama adalah tarif angkutan antar kota yang masih menyisakan efek dari tarif mudik yang sempat melonjak tajam. 

Selain hal di atas, Sasmito juga menyebutkan bahwa selain penurunan harga komoditas global, intervensi pemerintah sejak tahun lalu untuk mengendalikan sejumlah tarif seperti tarif listrik dan BBM, dinilai cukup ampuh untuk mengendalikan inflasi. 

"Komponen energi terutama listrik, BBM, dan gas. Terjadi penurunan tarif listrik pada Agustus, harga yang diatur pemerintah alami penurunan dan bahkan harga yang diatur pemerintah year on year nya turun. Ini Bukti jalannya intervensi pemerintah untuk menekan inflasi. Selain intervensi pemerintah juga karena penurunan harga BBM global," jelas Sasmito di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/9).

Sementara itu BPS mencatat, inflasi tahun kalender berjalan dari Januari hingga Juli 2016 sebesar 1,74 persen dan inflasi tahun ke tahun 2,79 persen. 

Dari 82 kota survei Indeks Harga Konsumen (IHK), diketahui 49 kota mengalami deflasi, yang paling tinggi dengan angka -0,87 persen di Kupang, NTT dan inflasi terendah tercatat di 33 kota dengan angka tertinggi 1,27 persen di Manokwari, Papua Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement