Kamis 25 Aug 2016 16:52 WIB

Konsumsi Premium di Jatim Bali Nusa Tenggara Turun 42 Persen

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
 Petugas mengisikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau premium pada mobil mewah di sebuah SPBU (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petugas mengisikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau premium pada mobil mewah di sebuah SPBU (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium di wilayah Pertamina MOR V turun 42 persen dibandingkan rata-rata konsumsi pada 2015. Pertamina MOR V meliputi wilayah Provinsi Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara.

Area Manager Communication and Relation Pertamina MOR V, Heppy Wulansari mengatakan, tren penurunan  konsumsi Premium dari hari ke hari semakin tinggi. Sepanjang tahun 2015 rata-rata konsumsi Premium sekitar 14.000 kiloliter per hari. Turun menjadi rata-rata 9.400 kiloliter per hari dari Januari sampai Juli 2016, dan menjadi rata-rata 8.120 kiloliter per hari dari Januari hingga Agustus 2016.

“Di SPBU penurunannya bervariasi, ada yang 10 persen, ada yang sampai lebih dari 50 persen. Untuk penurunan terlalu drastis ini pengusaha melihatnya sudah tidak ekonomis lagi untuk penjualan Premium. Sehingga mereka meminta Pertamina untuk tidak berjualan Premium,” jelas Heppy saat ditemui di kantor Pertamina MOR V Jl Jagir Wonokromo Surabaya, belum lama ini.

Penurunan konsumsi Premium yang signifikan tersebut mendorong peningkatan konsumsi BBM jenis Pertalite. Sejak diluncurkan pada pertengahan 2015 sampai akhir tahun, rata-rata konsumsi Pertalite sekitar 703 kilo liter per hari. Kemudian pada Januari sampai Agustus 2016 rata-rata konsumsi Pertalite mencapai 5.124 kilo liter per hari.

“Pertalite naik hampir 800 persen. Dengan pengalaman menggunakan Pertalite masyarakat bisa merasakan benefit. Harga selisih tipis, mereka bisa mendapatkan manfaat lebih banyak, kandungan RON lebih tinggi, pembakaran lebih sempurna dan tentunya lebih irit,” ujarnya.

Di samping beralih ke Pertalite, konsumen premium juga banyak yang beralih ke BBM jenis Pertamax. Konsumsi pertamax naik sekitar 40 persen per Agustus 2016, dibandingkan rata-rata konsumsi pada 2015.

Ia memperkirakan konsumsi Premium akan terus mengalami penurunan pada bulan-bulan mendatang. Meski demikian, Pertamina masih akan tetap mendistribusikan premium sesuai dengan amanat regulasi pemerintah. “Jadi kami tetap berupaya Premium tetap ada di lapangan sampai nanti ada perubahan tiba-tiba pemerintah sudah tidak lagi mengatur regulasi untuk Premium, mungkin sudah tidak dilakukan distribusi,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement