Rabu 24 Aug 2016 07:08 WIB

Pemerintah Sepakat Kawal Industri Baja Nasional

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Industri Baja (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Industri Baja (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berkomitmen untuk mengawal pertumbuhan industri baja nasional. Komitmen ini ditunjukkan dalam bentuk dukungan kemitraan antara PT Krakatau Steel dan Posco dalam upaya membangun pabrik baja berkapasitas 10 juta ton pada 2025.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, langkah Krakatau Steel dan Posco untuk membangun fasilitas peleburan baja (blast furnance) atau pengolahan baja terintegrasi (integrated steel mill) sangat strategis. Menurutnya, apabila dilihat dari sisi makro hal ini berdampak positif pada neraca perdagangan dan strategi industrialisasi jangka panjang.

"Tidak semua orang berani membangun blast furnance ditengah kondisi over capacity saat ini. Langkah yang diambil Krakatau Steel dan Posco semata-mata bukan hanya untuk kepentingan korporasi namun juga kepentingan nasional," ujar Thomas di Jakarta, Selasa (23/8).

Thomas mengatakan, dukungan pemerintah sangat diperlukan sebab persaingan antara produsen baja ke depan akan semakin ketat dan hanya integrated steel mill saja yang mampu bersaing. Sebab, industri ini terintegrasi dari hulu sampai ke hilir.

Kemitraan yang dilakukan Krakatau Steel dan Posco diharapkan dapat menambah kapasitas produksi baja nasional sebesar 10 juta ton. Rendahnya tingkat produksi baja nasional menimbulkan defisit neraca perdagangan, karena impor baja mencapai 6,8 miliar dolar AS.

"Ini merupakan proyek di perindustrian yang paling strategis karena kita tidak bisa melakukan industrialisasi tanpa memiliki industri hulu," kata Thomas.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, kemitraan antara Krakatau Steel dan Posco diharapkan dapat menjadi solusi untuk memperpendek gap antara kebutuhan industri baja dengan produksi nasional. Pada 2015 tercatat permintaan terhadap industri baja sebesar 14 juta ton, sedangkan jumlah produksi nasional kurang dari 9 juta ton.

Selain itu, kontribusi industri logam terhadap PDB Indonesia juga masih rendah. Menurut Putu, kontribusi industri baja terhadap PDB pada 2015 hanya 1,5 persen. Padahal, sebelum krisis angka kontribusi industri baja mencapai 30 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement