Senin 15 Aug 2016 16:04 WIB

Lampung Produsen Gula tapi Masih Impor Gula dari Thailand

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nur Aini
Gula Rafinasi (ilustrasi)
Foto: Corbis
Gula Rafinasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Meski tercatat sebagai produsen gula terbesar nasional, ternyata Provinsi Lampung masih mengimpor gula rafinasi. Impor gula rafinasi tersebut untuk memenuhi tingginya permintaan dari perusahaan makanan di Lampung, Bengkulu, dan Sumatra Selatan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, Yeane Irmaningrum mengatakan impor gula rafinasi dari Thailand karena tingginya permintaan dari industri makanan di Lampung, Bengkulu, dan Sumatra Selatan. “Gula rafinasi masih diimpor dari Thailand,” kata Yeane Irmaningrum kepada wartawan,  di Lampung, Senin (15/8).

Ia mengatakan impor gula rafinasi dari Thailand sebesar 33,16 juta dolar Amerika Serikat (AS). Impor tersebut masih dilakukan karena permintaan dari industri makanan di tiga provinsi tersebut kebutuhannya sangat meningkat.

Provinsi Lampung terkenal sebagai produsen gula terbesar nasional. Provinsi ini memiliki lima pabrik gula yang mampu memasok kebutuhan gula nasional lebih dari 30 persen. Pabrik gula tersebut di bawah bendera perusahaan PT Sugar Group Companies, PT Gunung Madu Plantation, dan PTPN VII.

Yeane mengatakan meskipun Lampung menjadi produsen gula nasional, namun kebutuhan gula rafinasi dari industri makanan di Lampung, Bengkulu, dan Sumsel, membuat Lampung harus mengimpor gula rafinasi dari Thailand sebesar 209,64 persen.

Selain impor gula rafinasi, BPS juga menyebutkan Lampung masih mengimpor kembang gula dan gandum. Tiga komoditas impor tersebut pada bulan lalu menunjukkan grafik meningkat. Sedangkan impor tiga komoditas lainnya, yakni binatang hidup (sapi dari Australia), mesin-mesin mekanik, ampas atau sisa industri makanan, menunjukkan penurunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement