Rabu 03 Aug 2016 06:21 WIB

Saat BI Beralih Menjadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: M.Iqbal
New Deputy Governor of BI, Perry Warjiyo
Foto: ?Republika/Yasin Habibi
New Deputy Governor of BI, Perry Warjiyo

REPUBLIKA.CO.ID,Menjaga stabilitas Makroekonomi menjadi tugas utama seluruh bank sentral dunia, tidak terkecuali Bank Indonesia (BI). Tugas ini diemban agar ekonomi suatu negara tidak limbung bahkan mengalami krisis keuangan.

Namun seiring berjalannya waktu, BI pun menginisiasi agar kinerja mereka bukan hanya persoalan stabilitas semata. Pertumbuhan ekonomi pun menjadi hal yang diusung BI kali ini.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, BI berhasil menjaga stabilitas ekonomi dari 2013-2014. Dengan stabilitas yang mulai terjaga BI mencoba menyeimbangkan stabilitas dengan pertumbuhan ekonomi.

‎"Dari sisi makroekonomi, memang kita perlu dorong demand dan terus dorong supply. Dan karenanya itulah kenapa kebijakannya tak cukup hanya kemudian mendorong akomodatif monetery policy," kata Perry usai diskusi Executives' Meeting of Asia Pacific Centrals Bank (EMEAP) Governor's Meeting 2106 di Nusa Dua, Bali, Senin (1/8).

Belajar dari sejumlah negara maju, kebijakan moneter memang menjadi hal penting‎, tapi itu saja tidak cukup. Perlu ada perubahan kebijakan dari kebijakan moneter, stimulus fiskal dan reformasi struktural yang menjadi kunci dalam meningkatkan permintaan dan mendorong penawaran sehingga bisa berlangsungnya stabilitas dan pertumbuhan.

"Inilah yang kemudian kami inisiasi dan menjadi hal yang dikoordinasikan dari bank sentral dan pemerintah. Kebijakan ini digagas dan diimplikasikan sejak 2014 dan semakin ketat pada 2015. Bank Sentral melakukan reformasi antara stabilitas dan pertumbuhan, sementara pemerintah mendorong reformasi struktural," ujarnya.

‎Perry menuturkan, kebijakan untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan pertumbuhan terlihat pada 2015 ketika BI akan menurunkan BI Rate. Tapi karena ada penurunan suku bunga The Fed, BI akhirnya menahan penurunan tersebut.

Selain itu, BI kemudian mengendorkan makroprudensial dan meningkatkan likuiditas dengan penurunan Giro wajib minimum (GWM). Dengan penurunan BI rate sebanyak empat kali pada 2016, relaksasi makropudensial dan penambahan likuiditas maka BI yakin bisa meningkatkan penawaran dan mendorong permintaan masyarakat.

Pada sisi lain, untuk meningkatkan permintaan, BI menjalankan simulus fiskal dimulai dari subsidi reform ditambah dengan tax reform termasuk tax amnesty. Stimulus fiskal dan reform ini diyakini bisa meningkatkan kinerja ekonomi.

Sedangkan pemerintah juga mencoba melakukan hal serupa dengan adanya kebijakan deregulasi yang mencapai 12 paket kebijakan. Deregulasi ini sebagian besar akan berdampak pada peningkatan penawaran.

Dampak deregulasi memang ada jangka pendek tapi lebih banyak kepada jangka panjang melalui perbaikan infrastruktur, insentif pajak, kemudahan izin, maupun kebijakan mendorong industrialisasi. "Kebijakan-kebijakan inilah yang akan mendorong stabilitas nasional dan pertumbuhan," kata Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement