REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Mandiri Persero Tbk meyakini laba perseroan akan pulih pada semester II 2016, dengan membaiknya pendapatan dan kualitas dari segmen kredit komersial, yang pada paruh pertama tahun ini telah menghambat pendapatan bisnis Bank Mandiri.
"Rasio kredit bermasalah semester I ini terbesar disumbang kredit komersial, yang pada Maret lalu di sekitar 1,5-2 persen. Semester II, kita harap industri membaik, dan segmen komersial bisa terangkat lagi," kata Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas di Jakarta, Selasa (26/7).
Laba Bank Mandiri Persero pada semester I 2016 turun 28,7 persen atau hanya menjadi Rp 7,08 triliun, dari Rp9,92 triliun di semester I-2015, berdasarkan keterangan laporan keuangan Mandiri yang dirilis, Selasa petang. Rohan mengatakan pihaknya masih optimistis laba perseoran akan pulih pada semester II 2016. Pemicunya, kata Rohan, konsumsi swasta akan pulih, sehingga akan meningkatkan kualitas pinjaman kredit Mandiri, khususnya di sektor kredit komersial. "Akan membaik di semester II, sedikitnya (laba) dua digit pasti dapat," ujarnya.
Pada 2015, Mandiri memperoleh laba sebesar Rp 20,3 triliun atau tumbuh 2,3 persen. Untuk semester I-2016, Rohan mengatakan penurunan laba karena perseroan harus menaikkan biaya pencadangan untuk mengantisipasi peningkatan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL). Biaya pencadangan Mandiri dinaikkan menjadi Rp 9,9 triliun dari Rp 4 triliun di semester I 2016. Sementara, NPL Mandiri naik menjadi 3,86 persen (gross) dari 2,43 persen di paruh pertama tahun ini.
Kenaikan NPL itu, kata Rohan, paling besar disumbang segmen komersial, terutama debitur dari sektor industri dan sektor pendukung industri, seperti alat berat. Ke depannya, untuk memitigasi pembengkakan NPL, kata Rohan, Bank Mandiri akan meningkatkan upaya restrukturisasi dan pemulihan aset kredit bermasalah. "Kita akan tangani itu dengan restrukturisasi, dan 'recovery, kita akan pilah, yang mana berobat jalan, yang mana bisa beroperasi," ujar dia. Bank Mandiri menargetkan NPL sebesar 3-3,5 persen pada tahun ini.
Emiten bersandi BMRI itu juga menurunkan target pertumbuhan kreditnya di Rencana Bisnis Bank (RBB) dari 13-14 persen menjadi 10 persen. Berdasarkan laporan keuangan Mandiri, penyaluran kredit perseroan semester I 2016 naik 10,5 persen menjadi Rp 610,9 triliun. Saluran kredit tersebut menyumbang pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Rp 24,2 triliun atau tumbuh 8,9 persen (yoy).
Dengan pertumbuhan kredit tersebut, marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) Mandiri naik 6,23 persen dari 5,76 persen. Sedangkan pendapatan nonbunga Bank Mandiri sebesar Rp9,19 triliun atau naik 20,1 persen. Dengan capaian intermediasi tersebut, Rasio Pinjaman terhadap Simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) Bank Mandiri sebesar 88,1 persen.
Sedangkan, dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri menjadi Rp 691,4 triliun di semester I 2016 dari Rp 654,9 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Dari DPK tersebut, total dana murah (giro dan tabungan) Rp 439,4 triliun, yang terutama didorong oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 37,1 triliun menjadi Rp 273,6 triliun. Dengan capaian kredit dan DPK tersebut, aset Mandiri terkumpul Rp 971,4 triliun, atau bertambah dari semester I 2015 sebesar Rp 914,07 triliun.