Senin 18 Jul 2016 06:30 WIB

Melanjutkan Budaya Menabung Sejak Dini

BCA memberikan literasi keuangan kepada siswa-siswa SD agar rajin menabung sejak dini.
Foto: BCA
BCA memberikan literasi keuangan kepada siswa-siswa SD agar rajin menabung sejak dini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menabung sudah menjadi kata sehari-hari yang selalu diingatkan berbagai pihak. Tapi, menabung dan mengurus keuangan bukanlah hal mudah. Menabung harus dilatih sedari kecil hingga terbiasa. Ketika kita masih kecil, orang tua dan guru sering kali mengingatkan untuk menyisihkan uang saku dan memasukkannya ke dalam celengan. Tanpa disadari, peringatan itu lama-lama tumbuh menjadi budaya yang baik.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mewujudkan komitmennya dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Kali ini, BCA menyelenggarakan edukasi literasi keuangan Rajin Menabung bagi siswa-siswi SDN 04 Pringgabaya, Lombok Timur, NTB, dan SDN 01 Gondanglegi Wetan, Malang, Jawa Timur. Edukasi literasi keuangan ini termasuk salah satu dari kegiatan corporate social responsibility (CSR) Bakti BCA pilar Solusi Cerdas. 

“Perencanaan keuangan, khususnya melalui kebiasaan menabung perlu diperkenalkan kepada masyarakat sejak dini. Siapa saja bisa menabung tidak hanya para pekerja, namun juga pelajar. Semakin dini pelajar menyadari manfaat menabung, maka semakin besar manfaatnya untuk masa depan mereka. Sehingga ke depannya dapat mengandalkan tabungan sendiri, tidak bergantung kepada orang tua mereka,” ujar Kepala BCA KCU Lombok Rudy Tinton Soeprapto, dalam acara edukasi mengenai menabung bagi siswa-siswi SDN 04 Pringgabaya, Lombok Timur, NTB. 

BCA membagikan pengetahuan dan keterampilan perencanaan keuangan sejak usia dini. Salah satunya melalui budaya menabung. Diharapkan, para siswa memiliki gambaran dan pengetahuan yang utuh tentang manfaat melakukan perencanaan keuangan sedari dini. Apabila pelajar sudah mendapatkan edukasi mengenai literasi keuangan, maka mereka akan lebih mudah mengelola keuangan dengan mengakses layanan dan fasilitas keuangan, termasuk di antaranya tabungan.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memulai kebiasaan menabung pada siswa. Salah satunya dimulai dengan mengatur uang saku. Misalnya, ketika siswa diberikan uang saku Rp 10 ribu per hari, maka mereka mulai menentukan berapa banyak uang saku untuk ditabung dan berapa banyak uang saku untuk jajan. Bahkan, orang tua dapat turut mendorong mereka untuk menyisihkan uang saku mereka untuk ditabung. Orang tua yang tegas akan menanamkan jiwa disiplin siswa untuk mengatur keuangan sejak dini.

Siswa juga perlu ditanamkan pemikiran untuk memiliki target pemikiran ini akan mendorong siswa untuk menabung sebelum membeli. Ke depannya, untuk memenuhi kebutuhan, maka mereka tidak akan meminta kepada orang tua, tetapi berusaha sendiri untuk mewujudkannya. Jiwa gigih dan tekun siswa ini menjadi nilai tambah tersendiri dalam membangun budaya menabung. 

Misalkan saja saat siswa sedang menginginkan sepeda baru untuk pergi ke sekolah, maka mereka akan menerapkan perhitungan uang saku yang mereka sisihkan setiap harinya. Dengan menabung Rp 5.000 per hari, maka mereka memiliki target Rp 50 ribu dalam 10 hari. Selanjutnya, target tabungan siswa akan semakin meningkat dari waktu ke waktu, seiring dengan peningkatan jumlah uang saku mereka.

Budaya menabung akan semakin baik lagi apabila siswa diajak oleh orang tua mereka untuk menabung ke bank. Ketika siswa ke bank, maka mereka akan merasa seperti nasabah yang memiliki tanggung jawab tersendiri untuk mengelola uang dan menabung. Siswa akan semangat untuk kembali ke bank dan menyerahkan uang tabungan mereka sendiri ke petugas bank. Sungguh menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Orang tua perlu mendampingi dan memperlihatkan jumlah saldo yang dimiliki oleh siswa agar tahu apabila tabungannya bertambah banyak.

Pelaksanaan edukasi literasi keuangan ini adalah bentuk dukungan BCA dalam mendukung langkah OJK untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Sejalan dengan program OJK, BCA berharap berbagai program literasi keuangan seperti ini dapat memberikan kontribusi pada peningkatan jumlah penduduk yang melek keuangan, yang saat ini sudah mencapai 21,84 persen. 

“Sejalan dengan program OJK, kami berharap berbagai program literasi keuangan ini dapat memberikan kontribusi pada peningkatan angka literasi keuangan di Indonesia. Mari bersama-sama kita wujudkan masyarakat yang bijaksana dalam mengelola keuangan,” kata Rudy.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement