Kamis 14 Jul 2016 08:59 WIB

IHSG Berpeluang Bertahan di Zona Hijau

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Pekerja melintas di monitor perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek  Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (25/4).  (Republika/ Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melintas di monitor perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (25/4). (Republika/ Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (14/7) diprediksi mempertahankan level psikologisnya, di level sekitar 5.100.

Analis NH Korindo Securities, Reza Priyambada menilai, pada penutupan perdagangan kemarin (17/7), IHSG sempat bergerak melemah dan pada akhirnya mampu kembali ditutup menguat dan berada di area 5.100an.

"Terlihat pelaku pasar melakukan aksi hit and run-nya di sektor mining dan infrastructure diiringi meningkatnya harga komoditas dunia, baik itu batu bara, nikel, dan emas akibat imbas dari pemangkasan produksi di Filipina,"ujar Reza Priyambada, Kamis (14/7)

Dari domestik, adanya penggugatan draft tax amnesty oleh pihak Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) kepada Mahkamah Konstitusi kembali mengkhawatirkan para pelaku pasar setelah oleh SPRI bahwa kebijakan tersebut dinilai tidak adil bagi rakyat miskin.

Sepanjang pergerakan, IHSG menguat diikuti laju rupiah yang menguat, sementara itu asing mencatatkan beli bersih. Asing tercatat kembali melakukan aksi beli dari nett buy Rp 1,57 triliun menjadi Rp 864.55 miliar).

Sedangkan untuk perdagangan hari ini, penguatan IHSG diperkirakan masih terjadi dimana para pelaku pasar memanfaatkan momentum yang ada di beberapa sektor untuk melakukan aksi belinya.

"Pada perdagangan hari ini IHSG akan berada pada level support 5.075-5.102 dan resisten 5.145-5.160," kata Reza.

Reza menuturkan, kini IHSG mencoba untuk mempertahankan level psikologisnya, yakni 5100an. Meski begitu, kata Reza, peluang IHSG untuk berbalik melemah masih terbuka seiring belum redanya tekanan aksi jual di saham-saham berkapitalisasi besar dan imbas terkonsolidasinya laju bursa saham global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement