REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) sedang mempertimbangkan untuk membuat common market office yang menjembatani kebutuhan gula rafinasi bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM). Selama ini IKM sulit mendapatkan gula rafinasi, karena harus membeli lewat distributor.
Direktur Eksekutif AGRI Faiz Ahmad mengatakan, common market tersebut akan meladeni kebutuhan IKM yang diperkirakan hanya satu truk atau seberat 20 ton-25 ton. Namun, harus ada komitmen dengan para 11 produsen gula dan IKM terkait.
"Mudah-mudahan setelah Lebaran bisa dimatangkan lagi. Awalnya kita perkirakan 100 ribu harus tersedia," ujar Faiz di Jakarta, Jumat (1/7).
Faiz menjelaskan, bentuk common market tersebut berupa call center yang akan dilayani satu hingga dua orang. Seandainya IKM membutuhkan gula rafinasi sebesar 25 ton, maka call center akan memberikan informasi terkait keberadaan gula termasuk waktu pengambilannya.
"Kalau cocok nanti call center tersebut langsung mempersilakan IKM menghubungi perusahaan terkait. Peran kami hanya menjembatani dan memberitahu ketersediaan gula ada di perusahaan mana dan harganya sekian," kata Faiz.
Menurut Faiz, selama ini IKM tidak memiliki saluran untuk mendapatkan gula rafinasi. Apabila IKM ingin membeli gula rafinasi maka jumlahnya minimal harus satu truk dan biasanya sulit untuk disediakan dalam satu waktu.
Sementara itu, pengamat ekonomi Faisal Basri mengatakan, akses IKM dalam mendapatkan gula langsung ke produsen membuat kondisi IKM makin terpuruk. IKM mendapatkan harga tinggi untuk pembelian gula rafinasi dengan kualitas standar.
"Karena IKM nggak bisa beli langsung dan nggak ada kontrak. Sedangkan kalau bikin koperasi, nanti malah jadi obyekkan baru polisi," kata Faisal.
Menurut Faisal, pemerintah sebagai regulator seharusnya tidak mengajari dunia usaha cara berbisnis. Pemerintah harusnya menjaga mata rantai gula supaya dapat terjaga, lebih efisien, dan tidak terlalu panjang.