Jumat 01 Jul 2016 14:00 WIB

Indonesia-Malaysia Sepakat Jalin Pengembangan Produk Halal

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
pemerintah kini sedang menggiatkan wisata produk halal
Foto: dok Republika/Hiru Muhammad
pemerintah kini sedang menggiatkan wisata produk halal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk menjalin kerja sama di bidang pengembangan produk halal. Ada peluang bagi kedua negara untuk meningkatkan ekspor produk makanan halal ke dunia.  

"Saya pribadi merasa ada peluang tinggi antara Malaysia dan Indonesia untuk bekerja sama menggarap pasar potensial produk halal ke Timur Tengah," ujar Menteri Perdagangan Thomas Lembong di Jakarta, Jumat (1/7).

Thomas mengatakan, Malaysia merupakan mitra dagang terbesar ke-2 dan mitra investasi potensial di ASEAN bagi Indonesia. Kedua negara sepakat untuk mengaktifkan kembali Indonesia-Malaysia Joint Trade and Investment Committee (JTIC) Meeting yang sempat terhenti sejak 2008. Thomas menjelaskan, pertemuan JTIC secara keseluruhan membahas berbagai isu bilateral di bidang perdagangan dan investasi. 

Menteri Perdagangan Internasional dan Industri (MITI) Malaysia Dato Seri Mustapa Mohamed menyambut baik kerja sama sertifikat produk halal tersebut agar dapat diterima oleh kedua negara. Selama ini produk halal Malaysia ke Indonesia mengalami beberapa hambatan dan harus di audit ulang. Padahal, produk halal Malaysia sudah mendapatkan sertifikasi halal dari Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). Sementara itu, produk halal Indonesia sangat mudah masuk ke Malaysia.

"Kami yakin ke depan hubungan ekonomi antara Malaysia dan Indonesia ke depan akan semakin lebih baik," kata Mustapa.

Selain kerjasama pengembangan produk halal, pemerintah Indonesia dan Malaysia juga menyepakati agar perdagangan lintas batas kembali diaktifkan. Pada 2010-2015, tercatat total nilai investasi Malaysia di Indonesia mencapai 8,9 miliar dolar AS dan menduduki peringkat kelima berdasarkan negara asal investasi. 

Lima investasi terbesar Malaysia di Indonesia adalah di sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi (2,2 miliar dolar AS); konstruksi (1,7 miliar dolar AS); tanaman pangan dan perkebunan (1,6 miliar dolar AS); industri makanan (616,5 juta dolar AS); dan industri kimia dasar atau produk farmasi (267,1 juta dolar AS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement