REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Jumat waktu New York atau Sabtu (25/6) pagi WIB. Penguatan dolar dipicu keluarnya Inggris dari Uni Eropa dalam sebuah referendum bersejarah.
Kubu pro Brexit mendapatkan hampir 52 persen suara, menarik negara itu keluar dari blok 28 negara Uni Eropa (UE) setelah menjadi anggota selama 43 tahun. Poundsterling dan euro terpukul keras setelah pemungutan suara, karena kekhawatiran investor tentang dampak dari Brexit di Inggris dan ekonomi zona euro telah melonjak.
Selama sesi, Poundsterling sempat anjlok 10 persen terhadap greenback ke level terendah dalam 31 tahun. Sementara itu, yen Jepang naik tipis hampir 3,7 persen terhadap greenback menjadi diperdagangkan pada 102,24 yen per dolar AS pada akhir perdagangan karenai status "safe haven".
Robert Savage, CEO CC Track Solutions, mengatakan pound Inggris kemungkinan akan terus turun akibat ketidakpastian politik dan pertumbuhan. Dia menambahkan bahwa yen adalah target yang paling mungkin untuk bergerak lebih lanjut dengan intervensi bank sentral, tetapi banyak investor memperkirakan nilai tukar dolar/yen jatuh ke 90 jika bank sentral Jepang (BoJ) tidak bertindak pada Juli.
Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama, naik 1,78 persen menjadi 95,197 pada akhir perdagangan. Di sisi ekonomi AS, Departemen Perdagangan merilis pesanan baru untuk barang tahan lama manufaktur pada Mei menurun 5,3 miliar dolar AS, atau 2,2 persen, menjadi 230,7 miliar dolar AS.
Pada akhir perdagangan New York, euro jatuh ke 1,1144 dolar dari 1,1355 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,3696 dolar dari 1,4803 dolar. Dolar Australia turun ke 0,7508 dolar dari 0,7598 dolar. Dolar dibeli 102,24 yen Jepang, lebih rendah dari 105,82 yen pada sesi sebelumnya. Dolar naik menjadi 0,9724 franc Swiss dari 0,9574 franc Swiss, dan naik ke 1,2936 dolar Kanada dari 1,2785 dolar Kanada.