REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis pasar modal Satrio Utomo menilai sentimen mengenai Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) menambah ketidakpastian baru bagi bursa saham dunia, termasuk di Indonesia.
"Akhirnya resmi sudah. Sebanyak 52 persen rakyat Inggris mendukung Brexit, sisanya 48 persen mendukung Inggris bertahan di Uni Eropa. Hasil yang sangat mengejutkan, karena tadi malam polling masih menunjukan kubu Inggris yang memilih bertahan di Uni Eropa masih lebih unggul dari kubu Brexit," kata Satrio Utomo yang juga Kepala Riset Universal Broker di Jakarta, Jumat (24/6).
Di tengah situasi itu, kata dia, pelaku pasar saham cenderung mencari aset dengan kategori safe haven, seperti logam mulia dan dolar AS agar dapat menjaga nilai sehingga tidak tergerus di tengah kondisi pasar yang sedang menghadapi ketidakpastian baru ini. Ia mengharapkan pengaruh sentimen Brexit hanya bersifat sementara bagi bursa saham domestik. Sejauh ini, Brexit masih belum dapat dipastikan seberapa besar mengganggu perekonomian global, termasuk dampaknya ke pasar modal.
"Masih belum bisa dipastikan saat ini. Mungkin baru pekan depan semua bisa terlihat," katanya.
Sementara itu terpantau, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada pukul 14.15 WIB berada di area negatif atau melemah 112,90 poin atau 2,31 persen menjadi 4.760,05. Sementara bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng melemah 907,80 poin (4,35 persen) ke level 19.960,54, indeks Nikkei turun 1.286,33 poin (7,92 persen) ke level 14.952,02, dan Straits Times melemah 65,74 poin (2,35 persen) ke posisi 2.728,75.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat mengatakan bahwa sentimen referendum Inggris keluar dari Uni Eropa hanya bersifat sementara bagi pergerakan bursa saham di dalam negeri.
"Sifatnya hanya sementara. Dalam waktu dekat, pelaku pasar akan kembali melakukan adjustment hingga harga saham kembali ke nilai yang dianggap wajar," ujarnya.
Baca juga: JK Sebut Brexit Beri Sentimen Proteksi Ekonomi