REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Niaga Air Asia Indonesia Andy Adrian Febryanto menilai, kondisi industri penerbangan 2016 sudah jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
"2015 tidak hanya kita (maskapai), secara industri sedang pada goyang, baik maskapai bahkan perekonomiannya sendiri," ujarnya di Jakarta, Rabu (22/6).
Dari sisi perekonomian Indonesia, menurutnya, mengalami keterpurukan yang cukup besar sehingga masyarakat memilih untuk menahan pengeluaran termasuk menggunakan pesawat.
"Ini gila dengan kondisi ini, orang menahan perjalanan, tapi di 2016 orang kembali lagi," ungkapnya.
Ia menilai, pulihnya tingkat keterisian pesawat yang sempat anjlok disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya, sikap masyarakat yang mulai terbiasa dengan kondisi tersebut dan beradaptasi dengan kondisi yang ada serta kembali membelanjakan dan melakukan pergerakan ekonomi.
"Bergejolak lagi traveling untuk liburan dan bisnis, juga kan ada penurunan lumayan dari minyak, sehingga orang lihat kondisinya sudah mulai stabil," ujarnya.
Ia mengatakan, pertumbuhan industri penerbangan kembali stabil pada kuartal I tahun ini, di mana tingkat keterisian penumpang atau load factor menunjukkan tren yang terus membaik .
"Dari jumlah penumpang per hari mengalami kenaikan cukup signifikan dari tahun lalu," ujarnya.
Kenaikan penumpang tidak hanya terjadi saat peak season, saat musim-musim yang biasanya relatif sepi pada kuartal I, pada tahun ini Air Asia justru mendapati tingkat keterisian penumpang di atas 80 persen. Pada periode yang sama di tahun sebelumnya selalu berada di bawah 80 persen. Ia mencontohkan, tingkat keterisian penumpang rute Jakarta-Kuala Lumpur pada April lalu mencapai 94 persen. Begitu pun, dengan rute lain seperti Bandung-Kuala Lumpur.