Kamis 23 Jun 2016 10:32 WIB

Menkeu Sebut Defisit Anggaran RI Masih Minim

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Defisit (ilustrasi)
Foto: FINANCIALRED.COM
Defisit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, defisit fiskal terhadap produk domestik bruto (PDB) yang saat ini ditaksir 2,35 persen masih relatif kecil. Ia menyebut banyak negara yang justru nilai defisit anggaran terhadap PDB-nya jauh lebih tinggi.

Bambang membandingkan antara negara pengekspor minyak, negara maju, dan negara emerging market (berkembang) termasuk Indonesia.‎ Perbandingan ini melihat hasil defisit Indonesia terhadap‎ PDB pada 2015.

Defisit di Cina, kata dia, mencapai 2,74 persen dari PDB, lebih besar dari Indonesia. India bahkan jauh lebih besar, hingga 7,1 persen dari PDB. "Dan India dapat investment grade dari S&P, aneh bin ajaib ya," kata Bambang di kantornya, Jakarta,Rabu (22/6) malam.

Selain itu, defisit anggaran Malaysia lebih tinggi yakni 3,03 persen‎. Namun, Filipina mencatat defisit lebih rendah bahkan mendekati nol persen. Sedangkan, Thailand mencatat surplus anggaran 0,2 persen dari PDB.

Akan tetapi, Vietnam mencatat defisit lebih tinggi yakni 6,5 persen, Polandia 2,9 persen, Turki 1,9 persen, dan Argentina 7,3 persen. Bahkan, Brasil yang menjadi tuan rumah Olimpiade tahun ini bahkan defisitnya mencapai 10 persen dari PDB. Negara lainnya juga mencatat defisit tinggi seperti Chili 2,34 persen, Kolombia 2,84 persen, Meksiko 4,07 persen, dan Peru 2,04 persen.

"Jadi kalau kita lihat emerging yang mirip-mirip kita, itu semua defisitnya lebih tinggi dari kita dan sangat sedikit yang surplus. Jadi kalau semua ngomong bikin budget surplus, ya kita bisa saja tapi tren di dunia ini hampir tidak ada yang surplus," ungkap Bambang.

Di negara maju, kata dia, Kanada memiliki defisit anggaran 1,7 persen. Prancis yang jadi tuan rumah Euro 2016 punya defisit 3,6 persen lebih tinggi dari Indonesia. Sedangkan, Jerman mencatat surplus anggaran 0,64 persen. Defisit anggaran di Italia dinilai tak jauh dengan Indonesia sekitar 2,6 persen.

Bambang menambahkan Jepang yang merupakan negara hebat dan maju justru defisit hingga 5,2 persen. Sedangkan Inggris mencatat defisit 4,4 persen dan Amerika Serikat 3,7 persen dari PDB.

"Dan jangan lupa, ini kan dari PDB, PDB di Amerika itu berlipat-lipat dari PDB kita loh. Jadi bisa dibayangin nominalnya," ungkap Bambang.

Di negara pengekspor minyak, kata Bambang, Aljazair mencatat defisit anggaran 15 persen dari PDB, Mesir 11,7 persen, dan Iran 2,9 persen.  Selain itu, Jordania mencatat defisit 4 persen dan Kuwait surplus 1,24 persen. Qatar mencatat surplus tapi menurun dari 18 persen dari PDB menjadi 10 persen dari PDB.

Bambang mengungkapkan Saudi Arabia mencatat defisit 16 persen dari PDB. Sedangkan, UEA pernah surplus 4,9 persen tetapi kemudian mencatat defisit hingga 4,8 persen.

Sementara itu, Venezuela mencatat defisit 18 persen dari PDB. "Jadi kalau ada yang bilang Indonesia harusnya kayak Venzuela, saya sih berdoa saja nggak, buktinya kita juga nggak sampai 15 persen dari PDB," kata Bambang.

Dengan data itu, Bambang menyebut tidak gampang bagi sebuah negara untuk mendapatkan surplus anggaran. Apalagi dengan kondisi perekonomian global sekarang saat keadaan ekonomi sedang lesu dan penerimaan juga sulit. Menurutnya, pemerintah harus melakukan banyak skema tersendiri. Sebab yang bisa menstimulus hanya pemerintah, sehingga banyak negara terpakasa harus mengeluarkan anggaran belanja yang lebih besar dari pada penerimaannya.

"Yang penting kita manage defisit itu, jangan sampai terlalu tinggi," kata Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement