Ahad 12 Jun 2016 12:51 WIB

Mendag Akui Dinamika Harga di Pasar Sulit Diprediksi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Antrean warga membeli sembako murah pada operasi pasar oleh Forum Bulog Divre Jabar, di daerah Sadangluhur RW 15, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Kamis (2/5).  (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Antrean warga membeli sembako murah pada operasi pasar oleh Forum Bulog Divre Jabar, di daerah Sadangluhur RW 15, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Kamis (2/5). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, dinamika harga pasar sulit diprediksi. Tetapi, pemerintah tetap berupaya untuk menstabilkan harga melalui berbagai cara salah satunya yakni operasi pasar. Selain itu, pemerintah akan terus memantau fluktuasi harga dan pasokan bahan pokok setiap pekan.

"Kami pantau terus dinamika pasar, stok yang berlebihan usai Lebaran dapat mengakibatkan harga anjlok atau barang akan membusuk karena tidak laku terjual. Risiko-risiko ini akan kami cegah agar tidak terjadi," ujar Thomas di Jakarta, Ahad (12/6).

Sejauh ini fluktuasi harga setiap komoditas bahan pokok berbeda. Thomas mencontohkan, untuk komoditas beras harganya aman terkendali bahkan pemerintah bisa melakukan operasi pasar besar-besaran untuk menurunkan harga. Selain itu, harga bawang merah juga masih terkendali karena pemerintah sudah mengantisipasi dan bekerja sama dengan asosiasi bawang merah di Brebes. Namun, dalam beberapa hari terakhir cabai merah mulai merangkak naik dan harga daging sapi juga belum menunjukkan penurunan.

"Untuk meredam harga dibutuhkan ketersediaan pasokan yang memadai, kami berkomitmen untuk menjaga stok melalui produksi di dalam negeri maupun impor," kata Thomas.

Fluktuasi harga bahan pokok disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yakni rantai distribusi yang belum efisien. Untuk menciptakan rantai distribusi yang efisien dibutuhkan sarana, sistem informasi, dan tansparansi harga. Ketiga hal tersebut diperlukan untuk memantau harga sehingga tidak terjadi perbedaan yang terlalu besar.

Selain itu, konsumen cerdas juga menjadi kunci agar menciptakan oasar dengan harga yang rasional dan efisien. Thomas mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk terus memberikan edukasi kepada masyarakat agar menjadi konsumen cerdas. Salah satunya yakni mengubah pola pikir masyarakat yang kaku, misalnya saja masyarakat hanya mau mengkonsumsi daging segar bukan daging beku, atau hanya mau mengkonsumsi bawang Brebes.

"Pelan-pelan akan dilakukan edukasi kepada masyarakat bahwa daging beku lebih murah daripada daging segar. Selain itu, daging beku juga lebih higienis," kata Thomas.

Baca juga: Masyarakat Diimbau tak Borong Barang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement