Rabu 08 Jun 2016 11:49 WIB

Ekonomi Asia di Luar Cina Diperkirakan Tumbuh Kurang dari 5 Persen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia (World Bank) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 2,9 persen menjadi 2,4 persen. Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan tidak seluruhnya mengalami revisi.

"Pertumbuhan yang lambat ini kembali menegaskan betapa pentingnya bagi negara untuk menerapkan kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan mereka yang hidup dalam kemiskinan ekstrim,” kata Presiden Kelompok Bank Dunia Jim Yong Kim dalam rilis resminya, Rabu (8/6).

Bank Dunia menyebut pertumbuhan di Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan tidak mengalami revisi dan melambat di angka 6,3 persen untuk 2016. Dengan ekspansi Cina yang diperkirakan menurun ke angka 6,7 persen, sebagaimana proyeksi bulan Januari.

Di luar Cina, pertumbuhan kawasan ini diproyeksikan tumbuh sebesar 4,8 persen pada 2016, tidak berubah sejak 2015. Prakiraan ini didukung asumsi pelambatan yang terukur di Cina, yang diikuti oleh reformasi struktural dan stimulus kebijakan yang diperlukan.

Pertumbuhan di kawasan ini diperkirakan ditopang oleh naiknya sejumlah investasi di beberapa negara besar (Indonesia, Malaysia, Thailand), dan konsumsi tinggi yang didukung oleh rendahnya harga komoditas (Thailand, Filipina, Vietnam).

Untuk kawasan Eropa dan Asia Tengah, kontraksi yang berlanjut di Rusia membuat proyeksi pertumbuhan kawasan berada pada 1,2 persen pada 2016, turun 0,4 persen dari proyeksi bulan Januari. Sejumlah kekhawatiran geopolitik, termasuk meningkatnya kekerasan di wilayah timur Ukraina dan Kaukasus, serta serangan terror di Turki, menambah muram proyeksi ini.

Di luar Rusia, kawasan ini diperkirakan tumbuh di angka 2,9 persen. Proyeksi pertumbuhan untuk wilayah timur kawasan telah direvisi dari proyeksi Januari, seiring dengan turunnya harga minyak, besi dan komoditas pertanian. Aktivitas di wilayah barat kawasan ini mendapat keuntungan dari pertumbuhan moderat di wilayah Euro dan peningkatan permintaan domestik, yang ditopang oleh turunnya harga bahan bakar minyak.

Di kawasan Amerika Latin dan Karibia, proyeksi Bank Dunia diperkirakan berkontraksi antara 1,3 persen pada 2016 setelah penurunan 0,7 persen pada 2015, pertama kalinya terjadi resesi dua tahun berturut-turut dalam 30 tahun terakhir. Diperkirakan ekonomi kawasan ini akan berkembang lagi pada 2017, secara perlahan meraih momentum di sekitar 2 persen pada 2018.

Prospek di kawasan ini bervariasi, Amerika Selatan diharapkan tumbuh sekitar 2,8 persen tahun ini, diikuti dengan perbaikan kecil pada 2017. Secara kontras, didukung oleh hubungan baik dengan Amerika Serikat dan ekspor yang kuat, hasil di Meksiko dan sub-kawasan Amerika Tengah, serta di Karibia, diharapkan untuk tumbuh di angka 2,7 persen dan 2,6 persen pada 2016, dan lebih tinggi lagi pada 2017 dan 2018.

Brazil diperkirakan akan berkontraksi empat persen pada 2016, dan resesinya diperkirakan akan berlanjut hingga 2017, meskipun mereka menghadapi berbagai tantangan seperti kebijakan pengetatan, meningkatnya pengangguran, merosotnya pendapatan dan ketidakpastian politik.

Pertumbuhan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara diperkirakan agak meningkat ke angka 2,9 persen pada 2016, sedikitnya 1,1 persen lebih rendah dari proyeksi Januari. Pemangkasan ini dilakukan seiring dengan prakiraan harga minyak yang terus turun tahun ini, yang diperkirakan pada angka 41 dolar AS per barel. Alasan utama peningkatan pertumbuhan kawasan pada tahun 2016 adalah perbaikan pesat di Republik Islam Iran, seiring dengan dicabutnya sanksi pada Januari lalu. Prakiraan kenaikan harga minyak di sekitar tahun 2017 juga mendukung perbaikan pertumbuhan kawasan menjadi 3,5 persen pada tahun 2017.

Pertumbuhan di Asia Selatan diproyeksikan meningkat menjadi 7,1 persen pada  2016, meskipun pertumbuhan negara-negara maju yang lebih rendah dari harapan sesungguhnya memperburuk pertumbuhan ekspor di kawasan ini. India, negara paling besar di kawasan, menunjukkan penguatan kegiatan, seperti halnya Pakistan, Bangladesh dan Bhutan. Kebanyakan negara-negara Asia Selatan telah mendapat keuntungan dari jatuhnya harga minyak, inflasi yang rendah dan arus modal yang stabil.

Pertumbuhan di kawasan Afrika Sub-Sahara diproyeksikan melambat lagi pada 2016, ke angka 2,5 persen, turun dari estimasi 3,0 persen pada tahun 2015, seiring dengan harga komoditas yang masih rendah, aktivitas global yang melemah dan kondisi-kondisi pembiayaan yang diperketat.

Baca juga: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement