Rabu 08 Jun 2016 08:12 WIB

Harga Minyak Melonjak di Atas 50 Dolar AS per Barel

Red: Nur Aini
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)
Foto: Mentalfluss Blogspot
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Harga minyak AS ditutup di atas 50 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Juli pada Selasa (7/6), karena pengetatan pasokan dan pelemahan dolar AS.

Harga minyak rebound dari Januari dan Februari, ketika harga minyak mentah terjun bebas menjadi hampir 25 dolar AS, mencapai posisi terendah sejak 2003. Penurunan itu mengejutkan seluruh industri minyak dan memaksa PHK besar-besaran serta banyak kebangkrutan.

Harga patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, naik 67 sen menjadi berakhir di 50,36 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, menutup reli terendah 25 dolar AS per barel pada Februari. Di London, harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik 89 sen menjadi menetap di 51,44 dolar AS per barel, mencapai tertinggi 2016 untuk sesi kedua berturut-turut.

Harga minyak secara umum telah bergerak lebih tinggi sejak awal April yang kian cepat pada bulan lalu, akibat gangguan pasokan karena kebakaran hutan di Kanada dan serangan militan pada fasilitas minyak Nigeria. Itu telah menggeser dinamika pasar yang mulai jatuh dari lebih dari 100 dolar AS per barel pada pertengahan 2014 akibat lonjakan pasokan di Amerika Serikat, didorong oleh revolusi fracking, dan keputusan ulang oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menentang pengurangan produksi.

Para analis mengatakan ketidakpastian yang sedang berlangsung tentang prospek produksi minyak Nigeria memperkuat pasar minyak. Kepala-kepala pemerintahan dan militer Nigeria bertemu para gubernur negara bagian penghasil minyak setelah mengumumkan rencana perundingan perdamaian dengan gerilyawan yang telah berulang kali menyerang jaringan pipa dan instalasi minyak, sehingga mengurangi produksi.

Serangan telah memangkas produksi minyak Nigeria menjadi 1,6 juta barel per hari, jauh di bawah 2,2 juta barel per hari yang dianggarkan.

"Hilangnya pasokan dari Nigeria sangat penting pada beberapa akun. Pertama, itu tentu saja membantu memperketat pasar. Kedua, minyak mentah Nigeria adalah jenis light dan sweet, dengan demikian kualitasnya sebanding dengan minyak mentah Brent," kata Bjarne Schieldrop, kepala analis di Commodities SEB Markets.

Para analis mengatakan harga minyak juga didorong oleh penurunan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya setelah Ketua Federal Reserve Janet Yellen pada Senin menekankan bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan secara bertahap setelah laporan ketenagakerjaan yang sangat lemah pada Jumat lalu. Pelemahan dolar dapat meningkatkan permintaan untuk minyak mentah, yang dijual di pasar global dalam mata uang AS. "Bagian yang baik dari apa yang kami lihat selama beberapa hari terakhir adalah reaksi terhadap antisipasi Fed tidak akan mengubah suku bunganya dan itu mendorong dolar lebih lemah," kata James Williams dari WTRG Economics.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement