Senin 06 Jun 2016 15:40 WIB

Konsumen Kecewa Operasi Pasar, Antre Panjang Tapi Barang Habis

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Operasi Pasar Murah
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Operasi Pasar Murah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah seorang ibu rumah tangga di kawasan Lenteng Agung Jakarta Selatan Elfi Robiatul Adawiyah (26 tahun) mengeluh karena kehabisan pangan murah produk Operasi Pasar (OP) Pemerintah. Kala itu ia mengantre sejak pukul 06.00 WIB dan baru mendapatkan giliran pada pukul 08.00 WIB. Ketika gilirannya tiba, komoditas pangan yang ia harapkan tak diperoleh karena habis.

"Ngantri panjang, desak-desakan, akhirnya saya belanja di dalam pasar dan dapat daging Rp 120 ribu per kilogram," kata Elfi kepada Republika.co.id, Senin (6/6).

Hingga kini pemerintah masih melakukan operasi pasar di sejumlah titik strategis konsumen sejak 4 Juni 2016-17 Juli 2016. Sembako dengan harga murah di antaranya dijual di 20 lokasi PD Pasar Jaya, Pasar Gondangdia, Pasar Palmerah, Pasar Johar Baru, Pasar Glodok, Pasar Tomang Barat, Pasar Grogol, Pasar Pos Pengumben, Pasar Mayestik, Pasar Pondok Labu, Pasar Lenteng Agung, Pasar Minggu, Pasar Jatinegara, Pasar Perumnas Klender, Pasar Kramatjati, Pasar Cibubur, Pasar Cijantung, Pasar Sunter, Pasar Rawa Badak, Pasar Kelapa Gading danPasar Pademangan Timur.

Pada titik tertentu, pasar menjual daging sapi paha belakang Rp 89 ribu per kg, daging sapi paha depan Rp 85 ribu per kg, daging ayam Rp 29 ribu per kg, bawang merah Rp 23 ribu per kg, cabai merah Rp 20 ribu per kg, telur ayam Rp 21 ribu per kg, minyak goreng Rp 21 ribu per 1.8 liter, gula pasir Rp 14 ribu per kg, tepung terigu Rp 8.500 per kg, dan beras Rp 8.10 per kg.

Sekretaris Jenderal Agribisnis Club Indonesia Tony Kristiyanto menyebut, pasokan pangan yang digelontorkan dalam Operasi Pasar tak cukup menyaingi pasar sehingga harga pangan tak terpengaruh turun.

Masyarakat yang menginginkan harga pangan murah harus siap dan kuat mengantre, serta siap jika kehabisan barang pangan. Ia menilai pemerintah kurang cerdas dalam melakukan pengendalian harga dan berlaku seperti "pemadam kebakaran" dengan melakukan OP.

"Harusnya pemerintah bisa bersikap jujur bahwa pada kenyataannya infrastruktur pangan kita kurang, tidak ada sistem informasi dan data pasokan yang akurat," kata dia.

Baca juga: Harga Pangan Masih Tinggi di Hari Pertama Ramadhan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement