Jumat 06 May 2016 10:29 WIB

Kementan: Jumlah Petani Terus Berkurang

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Petani memeriksa tanaman bawang merah di area persawahan Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Senin, (11/4). (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Petani memeriksa tanaman bawang merah di area persawahan Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Senin, (11/4). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian sedang melakukan survei ketepatsasaran bantuan pertanian. Sejauh ini, program bantuan pertanian yang sudah bergulir diklaim berhasil.

Kepala Biro Humas Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengatakan, survei ketepatsasaran bantuan pertanian sedang dilakukan Kementerian Pertanian dibantu Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Pihaknya sudah melihat metodologi yang digunakan Indef.

''Bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), apa sudah disurvei berapa yang diterima pemilik lahan dan berapa yang diterima penggarap lahan? Kalau yang menerima hanya penggarap, penerima bantuan sebenarnya adalah pemilik lahan. Ini memang belum diidentifikasi,'' tutur Agung di Kantor Kementan, Rabu (4/5).

Agung menjelaskan, Kementan melakukan upaya pembangunan pertanian menyeluruh dari hulu ke hilir yang sudah digulirkan sejak 2015. Tujuan upaya ini adalah mencapai kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.

Ada empat hal di hulu yang Kementan nilai krusial yakni infrastruktur, benih dan pupuk, alsintan serta penyuluhan. Upaya ini juga didukung program tambahan seperti asuransi pertanian. Dengan 52 persen jaringan irigasi tersier rusak, Kementan fokus pada perbaikan sarana ini sehingga lebih banyak lahan pertanian yang bisa diairi. ''Pun benih dan pupuk. Benih harus tepat waktu, tepat lokasi, tepat jumlah, tepat varietas, tepat harga dan tepat mutu. Benih harus bersamaan juga dengan pupuk,'' kata Agung.

Selain itu, bantuan alsintan pra dan pasca panen diharapkan dapat mengurangi beban pekerja pertanian dan menghemat biaya produksi hingga 30 persen. Apalagi, kata Agung, dalam 20 tahun terakhir hanya tersisa 30 persen pekerja tani menjadi sekitar 70 juta orang. ''Ada transformasi struktural tenaga kerja sektor pertanian. Jumlah petani terus berkurang. Petani bangga saat anaknya bekerja di kota,'' kata Ari.

Penyuluhan juga dinilai berperan penting. Menyadari 51 ribu tenaga penyuluh untuk 10 juta hektare saat ini amat kurang, Kementerian bekerja sama dengan TNI. Juga asuransi pertanian untuk perlindungan petani. Program ini mulai diluncurkan pada 2016 ini dan ditargetkan 1 juta hektare tanah pertanian bisa diasuransikan tahun ini.

Baca juga, Marwan: Dana Desa Dongkrak Kesejahteraan Petani.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement