REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat negara-negara Timur Tengah pengekspor minyak merugi 390 miliar dolar AS akibat harga minyak yang turun ke level sangat rendah tahun lalu.
Associated Press, Senin (25/4) melansir, dalam revisi laporan prospek ekonomi tahun ini, IMF mewanti-wanti Timur Tengah akan potensi kerugian lebih jauh antara 490 miliar dolar AS hingga 540 miliar dolar AS tahun ini. Oktober lalu, IMF sudah memproyeksikan kerugian eksportir minyak Timur Tengah mencapai 360 miliar dolar AS pada 2015.
Mengomentari hal ini, Direktur IMF Timur Tengah dan Asia Tengah Masood Ahmed mengatakan, kerugian ini tercermin pada defisit APBN dan melambatny pertumbuhan ekonomi terutama Arab Saudi.
Laporan IMF juga menyebut pertumbuhan ekonomi di enam negara anggota Dewan Kerja sama Teluk (GCC) yakni Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Oman dan Uni Emirat Arab (UEA) akan melambat dari 3,3 persen pada 2015 menjadi 1,8 persen pada 2016 ini.
''Harga minyak nampaknya memang akan membaik, tapi tidak kembali seperti kita lihat pada 2013 dan 2014. Ini berarti, para eksortir minyak harus memangkas belanja dan meningkatkan pendapatan di luar minyak,'' tutur Ahmed.
IMF juga memperingatkan negara-negara eksportir minyak itu soal lapangan kerja. Pada 2020, 10 juta pemuda diprediksi akan memasuki dunia kerja. Melihat kondisi saat ini, tiga juta di antara mereka terancam mengganggur.