REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia Badan Pengkajian dan Penetapan Teknologi (PTSEIK BPPT) mengembangkan green petroleum yang 100 persen mampu menggantikan bahan bakar minyak (BBM) dari fosil.
"Green petroleum ini 80 hingga 100 persen bisa gantikan BBM, karena struktur kimianya mirip. Mirip loh ya, bukan sama," kata Direktur Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK) BPPT Adiarso di Jakarta, Rabu (20/4).
Berbeda dengan biofuel yang fungsinya bukan menggantikan tetapi dicapur dengan BBM, maka menurut Adiarso, green petroleum yang dikembangkan dengan biomassa dari limbah sawit ini akan mampu menggantikan bahan bakar fosil hingga 100 persen.
"Dari sisi fungsi memang berbeda, kalau biofuel yakni biodiesel atau bioethanol itu cuma bisa 20 persen kalau ini (green petroleum) bisa gantikan 100 persen," ujar dia.
Saat ini, ia mengatakan pengembangan green petroleum masih dalam tahap laboratorium, dikerjakan bersama dengan Institut Teknologi Bandung dan dukungan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Paling tidak masih butuh waktu dua hingga tiga tahun untuk bisa sampai di tahap pilot plant.
"Pengkajian hingga penerapan teknologi ini sejak awal hingga akhir bisa saja memakan waktu lima hingga 10 tahun. Dan untuk bisa membuat sebuah pilot plant (green petrolieum) minimal dibutuhkan dana Rp 5 miliar," ujar dia.
Ia mengatakan pemanfaatan potensi biomassa harus segera diperluas sekarang juga, mengingat Indonesia sudah menjadi nett importir untuk minyak bumi dan segera menyusul gas. Sedangkan cadangan batubara diperkirakan hanya akan mampu memenuhi kebutuhan energi hingga 2030.
"Batubara hanya terasa 23 persen dan berkualitas rendah karena yang kualitas baik sudah diekspor semua. Maka di 2031, Indonesia sudah akan menjadi nett importir untuk semua energi jenis fosil," ujar dia.
Menurut dia, biomassa bisa menjadi pilihan tepat karena mampu berperan ganda, yakni sebagai sumber bahan bakar padat yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Atau dimanfaatkan sebagai bahan bakar cair menggantikan BBM dan gas untuk menggantikan LPG. Sumber bahan bakar berbasis sawit menjadi pilihan strategis karena, menurut dia, Indonesia merupakan penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di dunia mencapai 32 juta ton per tahun, berikut dengan limbah cair (POME) maupun padat.
Sejauh ini, ia mengatakan inovasi teknologi bahan bakar berbasis sawit yang dilakukan oleh BPPT mencakup pure plant oil (PPO), biodiesel, green petroleum, dimethyl ether (DME), bioethanol, dan biogas.