Kamis 14 Apr 2016 08:25 WIB

Penurunan Suku Bunga Dinilai Perlu Dipercepat

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Suku bunga bank (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Suku bunga bank (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Meningkatnya likuiditas di luar negeri dikhawatirkan ikut meningkatkan likuiditas Indonesia. Untuk mengimbanginya, penurunan suku bunga dan pengoperasian proyek infrastruktus dinilai harus dipercepat.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono menilai, pada 2016 ini Indonesia akan kelebihan likuiditas karena Eropa dan Jepang yang memberlakukan suku bunga sangat rendah bahkan minus, begitu pula perbankan Cina yang giro wajibnya turun rendah.

Likuiditas berlebih akan menyasar pasar yang rezim suku bungannya tinggi dan bebas devisa. Indonesia masuk dalam kelompok itu sehingga likuiditas akan mudah masuk.

Jika pemerintah tidak cepat menurunkan suku bunga ke angka tunggal, Indonesia akan banjir likuiditas dan bank akan agresif memberi pinjaman. Nantinya, bisa terjadi overheat terhadap ekonomi dan menimbulkan risiko atas pinjaman yang disalurkan perbankan.

''Over likuid akan menyulut over financing. Perbankan itu kekeringan likuditas, mati. Banjir likuditas juga mati,'' kata Imam usai diskusi perbankan Islam Asia dalam IFN Forum belum lama ini.

Begitu pula pembangunan infrastuktur yang Imam nilai harus dikebut. Kalau tidak, likuiditas berlebih justru akan disalurkan kemana-mana, tidak ke sektor riil. Saat sektor riil tidak berjalan, uang akan disimpan di saham dan muncul risiko bubble ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement