REPUBLIKA.CO.ID, TARAKAN -- Kota Tarakan saat ini sedang mengalami defisit daya. Menurut Dirut PLN Tarakan Rahimuddin, Tarakan sebenarnya membutuhkan suplai gas sebesar 10 MMBtu. Tetapi PLN hanya mampu menyuplai 4 sampai 5 MMBtu yang setara dengan 20 megawatt. Sedangkan beban puncak Tarakan sudah 41 megawatt.
"Artinya selisihnya itu saya harus membakar solar. Nah kalau membakar solar, cost produksinya pasti lebih tinggi," kata Rahimuddin, ditemui di Tarakan, Selasa (12/4).
Selama ini untuk memenuhi kebutuhan listrik, PLN Tarakan memiliki mesin gas, mesin diesel yang disewa, eksisting power berkapasitas kecil yakni PLTU 5 megawatt yang disewa dari swasta. Rahimuddin mengaku saat ini PLN Tarakan mengalami defisit daya kurang lebih 6 sampai 12 megawatt. Sementara itu, kemampuan pembangkit yang ada sekarang hanya sekitar 30 megawatt. Akhirnya, defisit tersebut membuat Tarakan harus mengalami pemadaman bergilir dan membuat masyarakat tidak nyaman.
"Yang bisa kita lakukan saat ini menyewa mesin diesel dan mengoptimalkan pembangkit listrik yang ada agar kemampuan dayanya meningkat," katanya.
Kebutuhan PLN Tarakan disuplai oleh Pertamina EP dan Medco. PLN juga berencana membangun PLTU 2x25 megawatt yang tercantum akan diajukan dalam Rencana Penyediaan Tenaga Usaha Listrik (RPTUL) yang tentunya memerlukan waktu.
"Saya sedang menunggu RUPTL, RUPTL yang masuk saya urus ke pusat. Ya mudah-mudahan bisa lebih cepat. Tetap dilakukan upaya-upaya," katanya.